Peran Rasuna Said di Bidang Politik
Karena gerakannya yang masif tersebut, polisi rahasia Belanda (PID) mempersempit ruang gerak Rasuna dan rekan-rekannya.
Sedangkan tokoh-tokoh PERMI yang diharapkan berdiri melawan tindakan kolonial ini, justru tidak bisa berbuat apapun.
Rasuna menjadi sangat kecewa.
Ia pun memilih pindah ke Medan, Sumatra Utara.
Pada tahun 1937, di Medan, Rasuna mendirikan perguruan putri.
Untuk menyebarluaskan gagasan-gagasannya, ia membuat majalah mingguan bernama Menara Poeteri.
Setelah Kemerdekaan Indonesia, Rasuna Said aktif di Badan Penerangan Pemuda Indonesia dan Komite Nasional Indonesia.
Rasuna Said duduk dalam Dewan Perwakilan Sumatra mewakili daerah Sumatra Barat setelah Proklamasi Kemerdekaan.
Ia diangkat sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Serikat (DPR RIS), kemudian menjadi anggota Dewan Pertimbangan Agung setelah Dekrit Presiden 5 Juli 1959 sampai akhir hayatnya.
Kehidupan Pribadi
Tidak banyak cerita tentang kehidupan rumah tangganya, kecuali ia menikah dengan pemuda pilihannya, yaitu Dusky Samad.
Mereka di karuniai seorang puteri bernama Auda yang sekarang Nyonya Auda Zashkya, tinggal bersama suami dan beberapa anaknya di Jakarta.
Rasuna Said Meninggal Dunia
H. Rasuna Said mengidap penyakit kanker dan meninggal dunia pada tanggal 2 November 1965.
Jenazahnya dikebumikan di Taman Pahlawan Kalibata, Jakarta.
Pada saat meninggal dunia, almarhumah adalah Anggota Dewan Pertimbangan Agung.
Rasuna Said dianugerahi gelar Pahlawan Nasional dengan SK Presiden RI No: 084/TK/Tahun 1974 tanggal 13 Desember 1974.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Artikel lain terkait Rasuna Said