Laporan Wartawan Tribunnews.com, Abdi Ryanda Shakti
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Keluarga FB (16), korban pemukulan yang dilakukan terduga anak anggota polisi berpangkat Kombes berinisial RC (19) keberatan dengan pernyataan polisi yang menyebut insiden berawal dari candaan.
Ibu korban, Yusna mempertanyakan soal pernyataan polisi yang mengatakan jika kasus itu bukan permasalahan serius.
"Pernyataan dari bagian Humas Polres Jakarta Selatan yang menyataan ini cuma candaan anak-anak terus bukan masalah serius, kalau ini bukan masalah serius gimana ceritanya anak saya bonyok," kata Yusna kepada wartawan, Sabtu (19/11/2022).
Yusna mengatakan pelaku dinilai sudah dewasa karena sudah berumur 19 tahun.
Baca juga: Keluarga Korban Pemukulan Terduga Anak Kombes di PTIK Belum Terima Hasil Visum
Sehingga, sudah tidak bisa dibilang jika peristiwa itu merupakan candaan anak-anak.
"Terus dikiranya ini cuma candaan anak-anak, yang anak-anak itu anak saya, si pelaku itu sudah 19 tahun sudah dewasa. Bukan di bawah umur lagi, sedangkan korban di bawah umur dia 17 tahun," katanya.
Di sisi lain, Yusna juga meminta kepada pihak kepolisian untuk memeriksa saksi tambahan dari pihak korban.
Dia menilai, sejauh ini saksi yang diperiksa terkesan membela pihak terlapor saja.
"(saksi dari pihak korban) Cuma saya dengan saudara korban, ini saya juga minta penambahan BAP untuk meminta saksi dari anak-anak bimbel yang lain karena yang sekarang jadi saksi, itu saksi yang dari pihak terlapoe, pihak pelatihnya. Pelatihnya itu kan emang takut sama bapaknya si Riko (RC) ini," ungkapnya.
Sebelumnya, Kasi Humas Polres Metro Jakarta Selatan AKP Nurma Dewi menyebut aksi tersebut terjadi diawali dengan bercandaan.
Baca juga: Anak Kombes yang Diduga Aniaya Teman Bimbel di PTIK akan Diperiksa, Polisi Sudah Gelar Olah TKP
"Keduanya adalah teman satu les atau bimbel, jadi biasannya mereka juga adalah temen bercanda. Cuma waktu itu mungkin ada sesuatu sekirannya mungkin permasalahan, kemudian yaitu terjadi pemukulan," kata Nurma kepada wartawan, Jumat (18/11/2022).
Masalahnya, kata Nurma, hanya karena sebuah topi milik pelaku yang masih dipakai oleh korban saat melakukan bimbingan belajar (bimbel) tersebut.
"Pemicu adalah mereka bercanda, kemudian topi yang dipakai masih ada di korban. Jadi itu saja pemicunya, jadi enggak terlalu bermasalah. Cuman ini kan anak kecil, jadi anak kecil. Mungkin ya itu, emosinya belum stabil," ucapnya.