Menutup acara pemberian gelar penghormatan ini, Garin menyuguhkan sebuah film berjudul 'Setan Jawa'.
Berlatar kehidupan masyarakat Jawa di suatu masa, Garin menceritakan problematika yang terjadi.
Baik persoalan ekonomi masyarakat Jawa pada jaman penjajahan, budayanya, status sosialnya, percintaan, konflik yang terbangun hingga jalan keluar masalahnya.
Melalui Setan Jawa, Garin ingin membangkitkan mitologi Jawa melalui genre horor kontemporer dengan mengambil inspirasi dari film bisu klasik.
Setan Jawa secara dramatis menekankan mistisme dan romantisme dari kisah cinta dan pengorbanan.
Sevara garis besar, film hitam putih ini mengambil peristiwa pesugihan 'Kandhang Bubrah'.
Garin mengelaborakikannya dengan sentuhan makna simbolik dari tarian dan gerakan para aktor, penggarapan karawitan atau musik hingga pemilihan lokasinya.
Karena film ini film bisu, Garin mengolaborasikan dengan pertunjukan karawitan.
Hal ini dilakukan untuk 'menghidupkan' filmnya, baik itu suasana maupun pemeranan aktornya,
Kendati demikian, Karawitan di film 'Setan Jawa' ini bukan hanya membantu menghidupkan suasana film saja, melainkan karawitan tersebut juga dapat 'hidup' sendiri sebagai tontonan suatu pertunjukan.
Sebagai informasi, para pengrawit atau seniman yang memainkan karawitan ini adalah para dosen dan maestro di bidangnya.
Film ini disambut banyak mahasiswa dan pelaku kesenian lain, bahkan seluruh kursi penuh.
Suara gemuruh tepuk tangan para penonton yang hadir juga mewarnai rentetan penghargaan kepada Garin Nugroho.
(Tribunnews.com/Galuh Widya Wardani)