TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - PDIP masih melihat polarisasi sebagai hal yang harus dikhawatirkan ketika memasuki tahun politik.
Hal ini disampaikan oleh politikus PDIP Deddy Sitorus dalam diskusi daring bertajuk 2023 Tahun Turbulensi Politik, Sabtu (7/1/2023).
Polarisasi, jelas Deddy Sitorus, berasal dari kelompok-kelompok yang menunggangi demokrasi.
Di mana nanti hal ini akan berbuntut lahirnya potensi konflik.
"Yang kita masih sedikit merasa cemas itu kan polarisasi yang terjadi di bawah akibat munculnya kelompok yang menunggangi demokrasi untuk menyuburkan polarisasi yang berpotensi konflik," jelas Deddy Sitorus.
Padahal menurut Deddy Sitorus, masa pergantian kepemimpinan ini harusnya dilakukan dengan cara menyenangkan.
"Seharusnya setiap pergantian kepemimpinan itu adalah bagian dari cara kita membangun peradaban politik yang lebih sehat dengan cara yang lebih fun," jelasnya.
Namun di satu sisi tidak bisa dipungkiri, lanjutnya, polarisasi tidak hanya terjadi di Indonesia, tapi juga di banyak negara.
Sebab, kecenderungan saat ini banyak pihak yang menggunakan polarisasi dalam hal ini politik identitas sebagai amunisi politik.
Baca juga: KPU Ajak Seluruh Pihak Berkomitmen agar Tidak Ada Polarisasi di Pemilu 2024
"Tidak saja menjadi milik Indonesia, di seluruh dunia juga terjadi personal ini karena memang kecenderungan dunia belakangan ini kan mengarah kepada semakin istilahnya kembalinya kelompok primordial kelompok identitas sebagi," jelas Deddy.
"Inilah yang mengkhawatirkan kita karena tidak ada jaminan kalau kita meneruskan polarisasi yang kental seperti itu akan bawa kita pada kemajuan bersama," tambahnya menegaskan.