Tetapi, akan ada cost biaya yang besar yang harus disiapkan partai.
Maka, melihat realita dan kondisi di internal partai, Afriansyah menyebut partainya tak bisa
membiayai para artis untuk bergabung dan menjadi caleg di PBB.
"Kami ada, tapi tidak bisa membiayai mereka sehingga sulit buat mereka mau gabung ke PBB," ucap Afriansyah.
Pasang Artis Jadi Strategi Parpol
Pengamat politik sekaligus Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO) Dedi Kurnia Syah mengatakan bahwa dalam politik klasik ada bandwagon effect.
Di mana tokoh dengan pengikut yang cukup besar miliki peluang menarik pengaruh ke partai politik.
"Inilah yang dimanfaatkan partai, dan itu bagian dari strategi," kata Dedi Kurnia.
Dedi menambahkan, pemanfaatan tokoh populer adalah cara lama dalam politik. Tidak saja di
Indonesia, tapi di banyak negara.
Bagi situasi politik Indonesia cukup signifikan, hal tersebut bisa lihat lebih banyak selebritis yang duduk di parlemen karena faktor popularitas.
Dan, itu telah menambah suara bagi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Amanat Nasional (PAN) dan partai lain pengguna selebritis.
Meski demikian, Dedi menyebut bahwa masyakarat pada dasarnya tidak tertarik dengan partai
politik.
Namun, hadirnya para tokoh publik bisa menjadi daya tarik maupun alternatif masyarakat
untuk memilih.
"Publik pada dasarnya tidak banyak yang percaya pada partai, dan tokoh yang menarik bisa menjadi alternatif untuk di pilih," jelasnya.
Sementara, Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia Adi Prayitno menyebut partai politik yang menjadikan artis sebagai calon legilatif atau caleg, tidak selalu meningkat elektabilitasnya.