TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Erwin Aksa menyindir seorang pemimpin yang berbohong di tengah ramainya polemik utang sebesar Rp50 miliar Anies Baswedan di Pilkada DKI Jakarta.
Namun, dalam cuitan Erwin pada akun Twitter miliknya @erwinaksa_id tidak menyebut secara spesifik siapa yang dimaksud pemimpin berbohong.
"surat: Pemimpin berbohong mengejutkan hati nurani.
Soal hati nurani. Seorang kontributor baru-baru ini menawarkan sentimen terpuji bahwa suaranya akan dipandu oleh hati nuraninya, antara lain,.." tulis Erwin Aksa yang dikutip Tribunnews dari akun Twitter @erwinaksa_id, Senin (13/2/2023).
"Pemimpin adalah "pembohong patologis." Saya memuji sentimen dan menganggap itu berlaku untuk para pemimpin lain juga," tulis Erwin kembali.
Diketahui, beberapa hari ke belakang isu utang Anies Baswedan ini menyeruak, setelah hal tersebut dilontarkan Wakil Ketua Umum Partai Golkar Erwin Aksa.
Dalam video yang diunggah melalui kanal YouTube Akbar Faizal Uncensored, Erwin Aksa menyebut ada perjanjian utang piutang antara Anies Baswedan dan Sandiaga Uno saat Pilkada 2017 lalu.
Erwin Aksa mengatakan Anies Baswedan meminjam uang senilai Rp50 miliar kepada Sandiaga Uno saat itu.
Ia juga ikut menyusun draf isi perjanjian itu yang selanjutnya dibuat oleh pengacara Sandiaga Uno saat itu, Rikrik Rizkiyana.
Belakangan, Sandiaga Uno mengatakan tak ingin memperpanjang soal perjanjian utang tersebut setelah berkomunikasi dengan keluarga dan salat istiqarah.
Kepada publik, mantan Gubernur DKI tersebut memilih fokus menatap Pemilu 2024.
Anies Baswedan sendiri belakangan juga buka suara.
Anies Baswedan pun menjelaskan alasan dirinya tak perlu lagi membayar jasa para pendukungnya yang telah memberikan sumbangan kampanye jika menang di Pilkada DKI Jakarta.
Berikut ini redaksi coba merangkum pernyataan ketiga tokoh tersebut seputar utang piutang Pilkada DKI 2017 lalu.
1. Erwin Aksa