Laporan Wartawan Tribunnews.com, Taufik Ismail
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Temuan terbaru dari Lembaga Survei Indonesia (LSI) mencatat, kinerja Presiden Joko Widodo (Jokowi) mencapai angka tertinggi di angka 82 persen.
Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Bahlil Lahadalia menilai tingginya approval tersebut salah satunya karena pemerintah berhasil mengendalikan Inflasi.
Menurutnya Menteri Perdagangan (Mendag) yang juga Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) Zulkifli Hasan, berhasil membantu Presiden Jokowi dalam mengendalikan inflasi.
"Kenapa tingkat kepuasan publik naik? Karena cenderung punya korelasi dengan inflasi," kata Bahlil di acara paparan hasil riset Lembaga Survei Indonesia (LSI) "Peta Elektoral Pilpres dan Antisipasi Putaran Kedua", Rabu (3/5/2023).
Bahlil melanjutkan, kebijakan pemerintah dalam mengelola inflasi di luar kelaziman lantaran tidak hanya mengandalkan kebijakan Bank Indonesia (BI).
Namun, turut bergerak dalam menjaga stabilitas harga bahan pokok, seperti bawang dan cabai, lantaran menyumbang inflasi.
Baca juga: Mendag Zulkifli: Harga Bahan Pokok Usai Lebaran 2023 Stabil, Pasokan Terjaga
"Untuk seluruh transportasi dari bawang hingga cabai itu ditanggung APBD untuk biayanya agar harganya sama dengan daerah penghasil komoditas tersebut," tuturnya.
"Menteri Perdagangan, mungkin menteri yang paling stres itu, Pak Zulkifli Hasan karena dia enggak bisa memberikan laporan harga sembako yang asal-asalan karena Pak Presidennya lebih tahu daripada menterinya," katanya.
Sebelumnya, Direktur Eksekutif LSI, Djayadi Hanan, menerangkan, tingkat kepuasan publik terhadap Presiden Jokowi pada April 2023 mencapai 82 persen.
Menurutnya, ada beberapa faktor yang melatarbelakanginya, salah satunya adalah pengendalian inflasi.
"Mengapa tinggi? Satu, penilaian terhadap kondisi-kondisi umum tinggi, termasuk ekonomi. Dan biasanya yang paling jelas bisa melihat hubungan antara tingkat kepuasan kepada presiden itu adalah tingkat inflasi," paparnya.
Survei tersebut digelar pada 12-17 April 2023 dengan melibatkan 1.220 WNI berusia 17 tahun ke atas atau sudah menikah sebagai responden, yang ditentukan dengan metode multistage random sampling. Responden diwawancara secara langsung. Adapun margin of error sekitar 2,9 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.