Menurutnya, menentukan capres dan cawapres tidak mudah karena berbagai kepentingan yang dinamis dan irama politik terus bergerak.
Selain itu, Partai Golkar telah jauh hari menentukan capresnya yaitu Airlangga Hartarto pada hasil Musyawarah Nasional (Munas).
"Jadi enggak mudah memang ini. Oleh karena itu, hari-hari ini, partai-partai (belum menentukan). Karena Golkar ada hasil Munas juga menekankan harus jadi capres, paling kurang cawapres."
"Cuman kan enggak mudah, kita mau tapi orang tidak mau, itu kan repot," ujarnya.
Meski begitu, kata Zulhas, dinamika politik akan terus berkembang dan semakin cair.
Walaupun nantinya muncul keadaan terpaksa pada momen tertentu sehingga PAN mau tidak mau akan menentukan sikap politiknya, tapi sejauh ini belum ditentukan.
"Ada yang mau, tapi kita yang nggak mau, sampai nanti keadaan terpaksa. Kalau terpaksa, yah lain lagi, tunggu keadaan terpaksa itu, nunggu waktu mepet. Oleh karena itu, kita tidak usah terburu-buru seperti teman kita PPP, kita lihat aja nanti," katanya.
Saat ditanyakan apa tujuan dari pertemuan Ketua Umum enam partai besar seperti PAN, Golkar, Gerindra, PKB, PPP, PDI-P di Istana Kepresidenan kemarin, Zulhas mengatakan pertemuan itu direncanakan setelah sebelumnya ada pertemuan koalisi pemerintah di kantor PAN dan belum mengarah ke koalisi besar tapi hanya dibahas kemajuan bangsa.
Duet Prabowo-Anies Muncul
Sementara itu, Pengamat Politik Ujang Komarudin mengatakan Prabowo Subianto sangat mungkin berpasangan dengan Anies Baswedan pada Pilpres 2024.
“Di politik itu serba mungkin, hanya berapa besar persentasenya,” kata Ujang dalam keterangannya yang dikutip dari Kompas.TV, Kamis (4/5/2023).
Apalagi, kata dia, hal itu diperkuat setelah adanya pertemuan antara Prabowo Subianto dengan Jusuf Kalla (JK) pada Selasa (2/5/2023) kemarin.
Dia mengatakan, dalam politik kawan bisa menjadi lawan. Begitu juga sebaliknya. Bahkan, belum ada kejelasan dari Koalisi Perubahan tentang posisi Anies sebagai capres.
“Jadi, saya melihat bisa saja kalau Anies tidak bisa jadi capres. Misalnya, gagal jadi capres di Koalisi Perubahan, lalu menjadi cawapresnya Prabowo. Itu mungkin-mungkin saja dalam politik,” ujarnya.