Tapi mahal sekali karena kenapa? Kampanyenya panjang sekali 8,5 bulan, udah gitu kegiatannya sangat beragam. Nah sekarang kampanyenya jauh lebih singkat hanya 60-an hari.
Jadi ini sudah satu inovasi lagi. Kita berharap politik kita tidak semahal tahun 2019.
Kalau memang politik Indonesia ini mahal betul, lalu kemudian orang mulai berdebat mengenai sistem pemilu yang lebih murah proporsional tertutup. Kala Pak Sandi sebagai politisi mana yang baik?
Pandangan pribadi saya dua pemikiran ini ada justifikasinya. Pertama, partai itu dalam melakukan kaderisasi dia harus mencari tokoh-tokoh terbaik. Perhitungannya bukan hanya populer tapi bagaimana dia bisa berkontribusi bagi bangsa dan negara.
Sementara masyarakat ini juga ingin memilih calon berdasarkan hati nuraninya. Jadi misalnya dia ingin memilih Pak Febby tapi posisi Pak Febby ada di nomor 5 di dalam partai A. Kalau proposional terbuka dia bisa memilih karena ada mekanisme untuk memilih langsung.
Tapi ini ditiadakan dengan proposional tertutup. Saya melihat ini ada plus dan minusnya tapi saya yakin jika keputusannya akan tertutup maka partai harus berbebag kalau tidak akan ditinggalkan oleh masyarakat.
Party Identity ini paling rendah kita, di Indonesia itu di bawah 50 persen. Banyak sekali yang tidak merasa bagian dari partai. Kenapa? Salah satunya itu tugas dari parpol untuk membangun identifikasinya kepada masyarakat.
Sehingga masyarakat Indonesia merasa terwadahi oleh kehadiran partai politik.
Jadi kesimpulannya Pak Sandi pilih mana?
Saya kan tidak memilih karena yang berhak menentukan itu yang mulai di Mahkamah Konstitusi, Dewan Perwakilan Rakyat dan Komite Pemilihan Umum.
Tapi apapun yang dipilih jangan kita jangan sampai terpecah belah. Kalau tertutup partai harus berbenah misalnya terbuka ya kandidat yang harus berbenah bahwa dia harus berkontribusi kepada bangsa dan negara. Dia harus menunjukkan bahwa dia laik serta ada loyalitas kepada partai.
Saya berbicara loyalitas ini dituduh kutu loncat, padahal saya ini justru sangat menyadari kanalisasi perjuangan ini melalui partai politik.
Di saat parpol sudah memiliki pemikiran tersendiri dan saya ada tugas lain, nah saya justru harus pamit dari parpol tersebut.
Parpol yang saya tinggalkan ini kuat mungkin salah satu yang terkuat di pemilu ke depan punya sosok Pak Prabowo yang fenomenal dan saya perjuangkan selama ini untuk menjadi presiden.