News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Pilpres 2024

SMRC: Dua Faktor Jangka Pendek Ini Sebabkan Elektabilitas Anies Baswedan Turun Signifikan

Penulis: Ibriza Fasti Ifhami
Editor: Johnson Simanjuntak
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) menyebut, elektabilitas capres dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) alami penurunan memasuki tahun 2023.

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) menyebut, elektabilitas capres dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) alami penurunan memasuki tahun 2023.

Pendiri SMRC Saiful Mujani mengatakan, kondisi ekonomi Indonesia merupakan salah satu faktor jangka pendek yang mempengaruhi turunnya elektabilitas Anies.

Selain itu, faktor lainnya yakni kepuasan masyarakat dengan kinerja Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Saiful menyampaikan, hasil survei pihaknya sejak tahun 2015 memperlihatkan kondisi ekonomi Indonesia yang terus beranjak naik.

Adapun katanya, kondisi ekonomi Tanah Air sempat jatuh parah saat pandemi COVID-19 melanda.

Namun, kondisi ekonomi merangkak naik terus berlangsung hingga tahun 2023 ini.

"Ini survei dari tahun 2015. Ini kita lihat pertumbuhan ekonomi nasional kita drop dalam banget. Sekarang udah pulih. Ada kenaikan luar biasa," kata Saiful, dalam paparannya di laman YouTube SMRC TV, Kamis (8/6/2023).

"Dari negatif menjadi positif. Keadaannya kurang lebih sama dengan keadaan sebelum pandemi dan itu naik terus. Pada 2022 sampai Mei 2023 terus ada kemajuan," sambungnya.

Terkait dampak kondisi ekonomi nasional terhadap elektabilitas Anies. Saiful menjelaskan, sebelum tahun 2023, elektabilitas Anies menunjukkan positif, di angka 0,259 persen.

"Memasuki 2023 keadaan terbalik dan sangat kuat, jadi minus 0,757 persen," ungkap Saiful.

"Artinya penurunan elektabilitas dan kesukaan bersama dengan naiknya secara tajam memasuki 2023 perspektif positif terhadap ekonomi dan kinerja Pak Jokowi."

Sementara itu, Saiful menyebut, kepuasan masyarakat terhadap kinerja Presiden Jokowi menunjukkan fluktuasi di masa pandemi COVID-19.

Namun, lanjutnya, dalam enam bulan terakhir, penilaian atas kinerja Jokowi semakin positif.

Ia menjelaskan, sebelum tahun 2023, dampaknya terhadap elektabilitas Anies sebesar 0,156 persen.

Meski lemah, angka tersebut berdampak bagi elektabilitas bacapres di 2024 itu.

"Begitu masuk 2023 itu kencang naiknya dari angka 70 persen ke 80 persen. Ini efeknya sangat kuat," ujarnya.

"Bisa dibaca bahwa efek dari evaluasi atas kinerja Pak Jokowi itu punya efek negatif terhadap Anies. Jadi positioning Anies terhadap Pak Jokowi itu salah," katanya.

Survei ini, kata Saiful, merupakan hasil dari penilaian pemilih sendiri.

"Terlepas ini kan persepsi. Mungkin orang bisa bilang 'apa yang bagus dari Pak Jokowi', tapi lepas dari itu pemilih memilih sendiri," kata Saiful.

"Dengan segala plus minusnya rakyat itu, dalam tanda kutip mereka tidak kompeten untuk menilai kondisi ekonomi dan kinerja Pak Jokowi, tapi mereka punya hak memilih (di Pemilu). Walaupun mereka tidak tamat sekolah dasar, tapi mereka punya (hak) suara satu."

Terpisah, Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) menjelaskan faktor jangka panjang yang mempengaruhi turunnya elektabilitas capres dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) Anies Baswedan.

Pendiri SMRC Saiful Mujani mengatakan, ada faktor jangka panjang yang menyebabkan merosotnya elektabilitas eks Gubernur DKI Jakarta itu jelang Pilpres 2024.

Ia menuturukan, faktor jangka panjangnya menyangkut aspek ideologis.

Terkait aspek ideologis, Saiful menyebut, hasil survei SMRC menemukan pemilih di Indonesia lebih cenderung menilai diri mereka lebih ke Pancasila.

Baca juga: Sudirman Said Akui Penjegalan terhadap KPP dan Anies Baswedan Mulai Terasa

"Politik agama Islam itu (skor) adalah 10 persen. Nah pemilih rata-ratanya kalau dibuat skornya itu 4,75 persen lebih ke Pancasila," kata Saiful Mujani, dalam paparannya di laman YouTube SMRC TV, Kamis (8/6/2023).

Sehingga, Saiful menyimpulkan, sentimen ideologis pemilih di Indonesia itu Pancasila, bukan politik Islam.

"Oleh karena itu, kalau Anda ingin sukses dipilih rakyat, sentimennya harus dekat dengan rakyat seperti itu."

Lebih lanjut, Saiful menyampaikan, dari hasil surveinya ditemukan bahwa pemilih menilai sentimen ideologis Anies terhadap Pancasila, di angka 5,41 persen.

Meski demikian, jika dibandingkan dengan dua nama bacapres lain, yakni Prabowo Subianto dan Ganjar Pranowo. Kedekatan Anies dengan rata-rata pemilih dengan sentimen ideologis Pancasila itu dinilai paling rendah.

Adapun bacapres yang dinilai pemilih paling mendekati ideologi Pancasila, yakni Ganjar Pranowo, dengan perolehan 4,72 persen.

Sedangkan, nilai Prabowo Subianto, sebesar 4,61 persen.

"Ganjar 4,72. Tadi angka rakyat di angka 4,75. Kan sama, hampir plek gitu. Jadi ideologi rakyat Indonesia secara umum lebih ke Pancasila," kata Saiful.

"Prabowo juga sama 4,61. Lebih ke dalam, lebih ke Pancasila daripada Ganjar. Kenapa begitu saya tidak tahu persis. Ini kan aspek ideologis dari pemilih kita," sambungnya.

"Jadi Anies ini dinilai oleh pemilih kita itu lebih Islam. Sementara pemilih pada umumnya kurang, lebih ke Pancasila."

Sebelumnya, hasil survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) menemukan, elektabilitas capres dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) Anies Baswedan cenderung turun memasuki tahun 2023.

Pendiri SMRC Saiful Mujani mengatakan, pemilih memiliki harapan besar saat Anies Baswedan dideklarasikan maju di Pilpres 2024 oleh Partai NasDem, dengan membawa tagline "Perubahan".

Saiful menjelaskan, sebelum memasuki tahun 2023, elektabilitas Anies Baswedan sempat sama dengan capres dari Partai Gerindra Prabowo Subianto.

Bahkan, katanya, elektabilitas Anies mengalami kemajuan dari 23 persen naik ke 28 persen.

"Dalam potret kita 2 tahun terakhir, kita melihat Anies sebelum memasuki 2023, di Desember 2022 Anies itu sempat betul-betul seimbang sama Prabowo. Bahlan kalau dibaca angka mutlaknya (Anies) di atas Prabowo dan dia mengalami kemajuan dari 23 ke 28," kata Saiful, dalam paparannya di laman YouTube SMRC TV, Kamis (8/6/2023).

"Itu artinya harapan tadi, Anies akan menjadi semakin kompetitif terlihat sebelum 2023."

Meski demikian, Saiful mengatakan, hasil tersebut berbanding terbalik bagi Anies saat memasuki tahun 2023, yang cenderung mengalami penurunan signifikan.

"Tapi memasuki 2023 sampai survei terakhir kita bulan Mei ini. Anies mengamami penurunan cukul signifikan dari 28 persen menjadi 19,7 persen atau turun sekitar 8 persen dan itu signifikan, 2 kali margin of error hanya dalam waktu kurang lebih 5-6 bulan," ungkap Saiful.

Sementara itu, menelisik lebih jauh hasil survei elektabilitas Prabowo Subianto cenderung menunjukkan kenaikan.

"Sebaliknya pada Prabowo mengalami kenaikan, signifikan juga. Yang tadinya di bawah Anies 26 persen dan 25 persen kemudian menjadi 32 persen. Naik 7 persen," jelas Saiful.

Terlebih, capres dari PDI Perjuangan Ganjar Pranowo, juga menunjukkan tren elektabilitas naik, bahkan sejak tahun 2022.

"Kalau Ganjar itu ada kecenderungan memang dari tren ini, sejak memasuki 2022 itu cenderung menguat. Ia melewati Pak Prabowo," katanya.

"Pak Prabowo kalau dilihat dari ujung ke ujung ini, dari 34 persen ke 32 persen sebetulnya stagnan. Tidak beda signifikan. Yang mengalami kemajuan itu adalah Ganjar, dari 25 persen menjadi 39,2 persen di survei terakhir," sambung Saiful Mujani.

Dengan demikian, Saiful menyimpulkan, elektabilitas Anies Baswedan mengalami penurunan signifikan di 6 bulan terakhir.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini