Laporan Wartawan Tribunnews.com, Gita Irawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan Mahfud MD mengakui tidak mudah untuk mengidentifikasi buzzer di media sosial.
Selain itu, menurutnya sulit juga untuk membuktikan buzzer-buzzer diorganisir dan dibiayai oleh pihak-pihak tertentu.
Hal tersebut disampaikannya menjawab pertanyaan wartawan terkait kekhawatiran buzzer-buzzer di media sosial akan memanaskan situasi menjelang pemungutan suara pada Pemilu 2024.
"Tentang buzzer itu kan sulit diidentifikasi ya. Kadang kala setiap orang menjadi buzzer untuk siapapun. Kadangkala A menjadi buzzer untuk nyerang B, besoknya sudah nyerang si C, dan itu silang. Jadi itu kalau itu semuanya dilarang, itu bisa ribuan, setiap hari orang disebut buzzer," kata Mahfud usai acara Senandung Pemilu Damai di Hotel Fairmont Jakarta pada Selasa (18/7/2023).
"Yang disebut buzzer resmi yang katanya dibayar itu, itu selalu katanya-katanya, ketika ditanya siapa yang bayar, siapa yang mengorganisir, tidak ada yang bisa membuktikan juga," sambung dia.
Baca juga: Mahfud MD: Pemilu Bukan Dari Rakyat, Oleh Oligarki, dan Untuk Elit
Tidak hanya itu, menurutnya apabila buzzer-buzzer tersebut dicari maka bisa muncul anggapan pemerintah mau membungkam kebebasan berpendapat dan berekspresi.
Bahkan, kata dia, pemerintah berpotensi untuk dituntut secara hukum apabila melakukan langkah tersebut.
"Tapi memang sudah lama, seruan dari masyarakat, sebelum pak Budi Arie sekalipun, Pak Johnny G Plate diganti sekalipun, itu sudah lama agar akun-akun tertentu itu ditutup," kata Mahfud.
"Kalau orang buat berita yang tidak sopan lalu ditakedown lah istilahnya. Tetapi kan susah ya, kalau begitu nanti bisa dituntut juga, pemerintah yang melanggar UU ITE," sambung dia.
Oleh karena itu, kata dia, ia mengajak semua pihak menjaga situasi kondusif menjelang Pemilu 2024.
Ia mengajak agar semua pihak membangun kesadaran kolektif untuk tidak mudah percaya terhadap berita-berita yang sumbernya tidak jelas.
"Mari kita bangun kesadaran bersama ini, dan sebaiknya kita-kita ini, saudara, media membangun kesadaran masyarakat untuk tidak mudah percaya terhadap berita-berita terutama kalau akun-akun yang tidak jelas, yang tidak jelas itu tiba-tiba muncul ini, muncul itu yang tidak jelas," kata Mahfud. (*)