Mengenai kasus bullying yang terjadi di Kedokteran dengan alasan untuk membentuk karakter dokter muda, Budi mengaku tidak setuju.
Lantaran, untuk pembentukan karakter para dokter muda tersebut, menurutnya tidak perlu melakukan bullying atau menggunakan kekerasan.
"Saya setuju karakter dokter-dokter harus dibentuk, tapi dibentuknya kan bukan hanya dengan kekerasan untuk bisa mencapai atau membentuk ketangguhan dari yang bersangkutan," ungkap Budi, dikutip dari YouTube Kompas TV, Jumat.
Budi mengungkapkan, rasa empati dan simpati juga harus dibentuk, terlebih lagi cara berkomunikasinya yang sangat penting.
"Tapi juga kan harus dibentuk rasa empatinya, simpatinya pada pasien, cara komunikasi itu juga menurut saya penting," kata Budi.
"Bukan hanya bahwa dia harus nurut, harus kerja 24 jam," imbuhnya.
Perundungan yang terjadi tersebut, dikatakan Budi, tidak pernah dilaporkan oleh para junior.
Baca juga: Beri Masukan dalam RUU Kesehatan, IDI: Menkes Budi Gunadi Bukan Dokter
Menurutnya, hal tersebutlah yang menjadi faktor penyebab para junior melakukan hal yang sama ketika mereka menjadi senior nanti.
"Itu (perundungan) tidak pernah berani disampaikan oleh para junior. Akibatnya, begitu dia jadi senior dia melakukan hal yang sama," katanya.
Maka dari itu, Budi mengatakan, pihaknya ingin memutus praktik perundungan yang sudah ada sejak lama tersebut demi membangun lingkungan pendidikan yang aman.
"Dan dengan ini kita melihat, kita ingin putuskan praktik perundungan yang sudah berjalan puluhan tahun."
"Saya rasa, kita harus membangun lingkungan pendidikan yang aman, nyaman, dan kondusif," pungkas Budi.
Sebelumnya, beredar di media sosial mengenai tindak kekerasan yang dilakukan oleh dokter senior kepada dokter peserta pendidikan kedokteran spesialis di salah satu rumah sakit Kementerian Kesehatan (Kemenkes).
Setelah dilakukan interview, ternyata korban mengalami stres karena mendapatkan tekanan pekerjaan yang tidak berhubungan dengan kedokteran.