News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Wawancara Khusus Mayjen Purn TB Hasanuddin: Apa yang Lebih Dibutuhkan, Jet Tempur atau Kapal Perang?

Editor: Malvyandie Haryadi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Anggota Komisi I DPR RI TB Hasanuddin saat wawancara khusus bersama Direktur Pemberitaan Tribun Network Febby Mahendra Putra, di Kantor Tribun Network, Palmerah, Jakarta, Kamis (17/8/2023).

Dan senjata-senjata senapan perorangan itu terbaik di dunia kita.

Sudah sekian kali pertandingan prajurit dengan senjata itu kita berkali kali menang dan tidak terkalahkan di dunia lo ya. Jadi orangnya hebat senjatanya hebat.

Sampai dari negara asing itu membongkar ada apa ini kok bisa seakurat ini dalam menembaknya, dikira ada alat lain ternyata tidak ada sama sekali yang manual seperti biasa.

Sepengetahuan bapak lama di militer, apakah mungkin dalam 10 atau 20 tahun kedepan ini kita menghadapi perang?

Sebelum itu, dari doktrin tadi itu kita kembangkan mulai dari pengembangan seperti apa postur TNI, Darat, Laut dan Udara seperti apa berdasarkan hakikat ancaman.

Dibuat perkiraan intelijen negara jadi semua komponen anak bangsa duduk seperti apa ancamannya ancamannya sekian lalu duitnya punya berapa.

Kita kalau ancamannya besar kan duitnya juga harus besar, tetapi kalau ancamannya besar duitnya kecil maka kita membutuhkan yang namanya standar penangkalan.

Standar penangkalan itu tergantung keuangan negara. kalau keuangan negara nya cukup besar maka standar penanggalannya tinggi.

Kalau keuangan negara nya itu sedang ya sekedar penanggalannya sedang juga. Artinya begini kalau maksudnya besar duit kita besar mungkin tiga hari kita hancurkan.

Tetapi kalau misalnya duitnya kecil ya mungkin sudah kita satu bulan baru kita selesaikan sampai dengan kemudian satu tahun dua tahun dan seterusnya.

Dari situ dilahirkanlah melalui program Minimu Essential Force atau setelah Minimum Essential Force selesai mungkin ada program nomor lain oleh presiden yang baru, ya silakan.

Tetapi harus tercapai di tahun 2024 itu berakhir dapat apa bisa apa pasukan daratnya berapa batalyon, pasukan udaranya berapa Skuadron, pasukan laut nya berapa kekuatan tempur KRI dan sebagainya.

Sudah punya itu yang namanya postur kekuatan TNI yang suatu waktu bisa dihadapkan pada tingkat standart penangkalan tertentu menghadapi lawan atau musuh yang mau masuk ke Indonesia.

Kalau peluang dan intervensi negara asing?

Begini, Dengan 2024 kita ini dibuat kemungkinan ancaman tidak ada perang terbuka atau negara lain menyerang Indonesia tidak ada.

Hanya di dalam permeternya itu satu misalnya masalah masalah di Papua ada KKB, ya kan 15 tahun yang lalu juga belum terselesaikan.

Kemudian masalah lintas batas, kemudian pencurian ikan, masalah ilegal loging, itu ada dalam ancaman sampai 2024.

Nah 2024 nanti dibikin lagi seperti apa prediksi ancaman 10 dan 15 tahun kedepan seperti apa.

Dan itu kalau sudah didapat grandesainnya ancaman seperti apa baru kita membuat lagi postur TNI seperti apa ke depan.

Jadi tidak ada sembarangan ini, beli, itu kan kaya kita ke pasar malam, liat ini beli, liat ini beli, enggak bisa. Semua ini harus berdasarkan prinsip-prinsip pengelolaan TNI yang dihadarpkan pada kemungkinan-kemungkinan ancama ke depan dalam menyelesaikan tupoksinya.

Bapak setuju tidak dengan ada kuots ‘Kalau Ingin Damai, Bersiaplah Perang’?

Saya setuju, tetapi kita harus memperhatikan bahwa sebuah negara bukan hanya butuh alat perang saja tetapi alat kesehatan, makanan untuk rakyat, pendidikan untuk rakyat dan sebagainya. Sehingga harus ada perhitungan ketika anggaran itu juga terbatas.

Lalu, hubungannya apa dengan kesejahteran rakyat dan perang itu?

Iya, sekarang begini kalau kita hanya memikirkan perang saja berarti kita lupa akan kesejahteraan pendidikan dan kesehatan rakyat.

Kan harus bagian baru dipakai untuk persiapan menjelang perang, sebagian besar lagi untuk kepentingan rakyat kecuali sesuai dengan Undang-undang ketika kita yakin pada suatu.

Akan ada perang baru kita mobilisasi persiapan untuk perang.

Pak TB, benar tidak pendapat yang menyebutkan bahwa ketika kita perang dengan negara lain, kita ini dalam waktu singkat akan keok/kalah, karena alusista kita payah. Benar tidak Pak?

Saya kira pendapat itu jelek. Iya harus dilihat musuh siapa dulu jangan asal kita perang kalah dalam tiga hari, siapa dulu musuhnya.

Kalau hanya sekitar wilayah ASEAN mungkin tiga hari kita menang. Tapi kalau dibandingkan dengan yang lebih kuat ya kita menurut hemat saya kita ini tidak mengenal perang satu, dua, tiga hari atau seminggu.

Dalam doktrin Tentara Nasional Indonesia kita mengenal perang berlarut.

Jadi tidak ada orang yang mengatakan tiga hari, empat hari kalau kita perang akan kalah itu menurut saya saya tidak punya nilai juang.

Perang berlarut itu kita akan bertempur sepanjang masa sampai akhirnya memutar balikan kita yang menang dan ini belajar dari revolusi kita ketika melawan penjajahan.

Hanya dengan bambu runcing kita bisa menang. (Tribun Network/yuda)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini