Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fauzi Alamsyah
TRIBUNEWS.COM, JAKARTA - Kondisi terkini gedung bekas Lembaga Kebudayaan Rakyat (Lekra) sudah beralih fungsi.
Lekra diketahui adalah organisasi kebudayaan yang didirikan oleh DN Aidit, Nyoto, MS Ashar, dan AS Dharta pasa 17 Agustus 1950.
Baca juga: Eksil korban peristiwa 1965: Apa kaitan mereka dengan label PKI sehingga tidak diakui sebagai WNI?
Lekra diberhentikan pada 30 September 1965 karena dianggap memiliki kedekatan dengan Partai Komunis Indonesia (PKI).
Namun sebelumnya gedung tersebut merupakan rumah setengah kantor milik ketua Lekra Oey Hay Djoen yang berada di jalan Cidurian Nomor 19, Cikini, Menteng, Jakarta Pusat.
Tribunnews.com berusaha untuk menelusuri kondisi terkini bekas markas Lekra yang kini telah beralih fungsi dengan nama Gedung Tri Dharma Widya.
Terlihat dari kejauhan jika gedung tua itu kini sudah melakukan perubahan atau renovasi. Di sisi depan terlihat plang besar bertuliskan kantor Hukum kemudian di sisi samping kini sudah dibuka Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) dan diresmikan pada 1993.
Kemudian penelusuran Tribunnews.com dilanjutkan dengan mendatangi Ketua Rukun Warga (RW) setempat bernama Benni Sahetapi (75) memperdalam soal latar belakang bekas markas Lekra.
Benni Sahetapi mengetahui sedikit banyak latar belakang dari bekas markas Lekra. Ia sudah tinggal di kawasan tersebut pada 1965.
Menurutnya gedung tersebut memang sempat ditempati Belanda kala itu sebelum kemudian organisasi Lekra menempatinya.
Baca juga: Riwayat DN Aidit, Dieksekusi Mati Pasca-Tragedi G30S 1965
"Saya tahunya gedung Lekra aja, tapi memang sebelumnya ditempati Belanda, karena saya pindah di sini tahun 1965 jadi udah habis atau sesudah G 30 SPKI," kata Benni Sahetapi kepada Tribunnews.com, Senin (11/9/2023).
"Jadi yang saya tahu memang orang di sini bilang gedung Lekra-Lekra," lanjutnya.
Benni kemudian memastikan tidak ada yang mengetahui pasti dari kegiatan yang dilakukan oleh Lekra kala itu sebelum akhirnya ditempati oleh delapan kepala keluarga dari Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI).
"Waktu itu memang hanya tahu gedung Lekra,"ungkapnya.