TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Wacana 1 Oktober jadi Hari Duka Sepak Bola Nasional yang disuarakan oleh keluarga korban Tragedi Kanjuruhan mendapat respons banyak kalangan.
Wacana ini dinilai menjadi penanda agar sejarah kelam dalam dunia persepakbolaan Indonesia tidak kembali terulang.
“Kami mendukung wacana 1 Oktober menjadi hari tanpa pertandingan sepak bola di Indonesia. Langkah ini akan memberikan sedikit penghormatan kepada 135 korban Tragedi Kanjuruhan beserta keluarga mereka. Juga bagi para korban luka-luka yang saat ini masih banyak mengalami trauma,” ujar Ketua Komisi X DPR RI Syaiful Huda, Selasa (3/1/2023).
Untuk diketahui sejumlah keluarga korban dan masyarakat Malang menggelar aksi peringatan 1 tahun Tragedi Kanjuruhan, Minggu (1/10/2023).
Mereka yang tergabung dalam Jaringan Solidaritas Korban Kanjuruhan (JSKK) mendesak agar tanggal 1 Oktober dijadikan hari duka sepak bola nasional.
Pada tanggal itu, semua aktivitas sepak bola nasional baik di liga profesional dan liga amatir dihentikan.
Huda mengatakan Tragedi Kanjuruhan merupakan peristiwa terkelam dalam sejarah sepak bola Indonesia.
Sebanyak 135 nyawa melayang dan ratusan lain luka-luka akibat ketidakprofesionalan penyelenggara pertandingan derby Jatim Arema Malang vs Persebaya Surabaya dalam lanjutan Liga Indonesia.
“Ironisnya selama satu tahun pasca kejadian tersebut tidak ada perbaikan signifikan dalam pengelolaan sepak bola di tanah air. Padahal ada ratusan nyawa dan korban luka hingga trauma yang sudah menjadi tumbal,” katanya.
Dia merinci saat ini belum muncul perbaikan regulasi PSSI yang menjamin tidak adanya conflict of interest dalam pengelolaan liga.
Belum juga ada standar pengamanan keamanan yang dirilis dari hasil diskusi PSSI dengan FIFA.
Selain itu belum ada langkah pembinaan secara sistematis bagi perangkat pertandingan.
“Bahkan janji perbaikan-perbaikan stadion tempat pertandingan Liga 1 dan Liga II agar lebih aman untuk penonton belum nampak secara signifikan,” ujarnya.
Politisi PKB ini menegaskan harusnya Tragedi Kanjuruhan menjadi titik tolak perbaikan besar-besaran terhadap ekosistem pembinaan sepak bola di tanah air.
Menurutnya jangan sampai ratusan korban meninggal dan ribuan luka serta trauma menjadi sia-sia ditelan gegap gempita penyelenggaran sepak bola Liga I dan Liga II yang kini telah kembali bergulir.
Baca juga: Satu tahun Tragedi Kanjuruhan - ‘Jalan berliku meraih keadilan’ bagi penyintas dan keluarga korban
“Tragedi Kanjuruhan menurut kami harus diselesaikan secara tuntas. Masih adanya gelombang protes dari keluarga korban menunjukkan memang belum ada penyelesaian komprehensif terkait kasus ini,” pungkasnya.=