Laporan Wartawan Tribunnews.com, Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tidak hanya faktor El Nino yang telah mengancam ketahanan pangan nasional akibat gagalnya panen, Indonesia telah menghadapi persoalan di sektor pertanian sejak 10 tahun lalu.
Dosen Teknik dari Universitas Wahid Hasyim (Unwahas), Nugroho Widiasmadi mengatakan, berdasarkan eksperimen yang dilakukan 10
tahun silam saat dunia akan menghadapi perubahan iklim, dirinya telah menganalisis kegagalan usaha pertanian.
"Pertama adalah daya dukung lahan tidak optimal akibat matinya tanah oleh pemakaian pupuk kimia semenjak revolusi hijau tahun 1970," kata Nugroho Widiasmadi dalam keterangannya, Jumat (13/10/2023).
Selain itu, diketahui kemampuan menyimpan air dan nutrisi alami dalam periode panjang, bahkan dalam satu periode musim saja sudah kering atau kosong.
"Kondisi lain adalah rapuhnya anatomi tanaman mulai dari ujung akar sampai ujung daun akibat pemakaian pupuk dan pestisida kimia atau sintetis hingga bersarangnya virus yang terrbawa di benih sehingga menghasilkan tanaman yang cacat atau tidak sehat," katanya.
Faktor lain memincu adalah faktor sumber daya manusia penyuluh pertanian atau hasil litbang.
Baca juga: Antisipasi Musim Tanam, Kementan Cek Distribusi dan Stok Pupuk Subsidi di Karawang
"Aparat daerah terutama dinas teknis dan penyuluh pertanian lapangan atau PPL di daerah yang tidak punya solusi jelas yang cepat , murah dan terukur dan hasil hasil penelitian balai atau litbang pertanian yang tidak solutif pada krisis ini," katanya.
Kondisi inilah yang memicu tidak optimalnya pertanian di negara kita selama ini, bahkan kebijakan yang memperbaikinya dari 6 faktor tersebut belum ada secara nyata dan massif.
Nugroho mengaku telah melakukan riset hingga mampu menghadirkan biosoildam MA11 merupakan teknologi agrokonservasi yang mampu mengontrol
kekuatan daya dukung tanah dan anatomi tanaman untuk hadapi iklim ekstrim.
Baca juga: Antisipasi Musim Tanam Oktober-Maret, Petrokimia Gresik Siapkan Stok Pupuk
Kontrol tersebut didasarkan oleh ”5 Standar & Asesmen”.
Pertama, kwalitas biomasa padat >=2000 uS/cm , cair >=10.000 uS/cm.
Kedua, kwalitas biomasa terfermentasi padat >=4000 uS/cm , cair >=15.000 uS/cm.
Ketiga, kwalitas kesehatan tanah >= 100 juta pupulasi mikrotba / gram tanah.