Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Belakangan muncul pemberitaan terkait pelajar yang memutuskan untuk mengakhiri hidup.
Terkait hal ini, Pengamat anak sekaligus Ketua Umum Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) Seto Mulyadi ungkap jika selain pendidikan formal, perlu ada ajarkan kecerdasan emosi pada anak.
"Ada kecerdasan kognitif, tetapi mohon juga kecerdasan emosional jangan dilupakan. Artinya supaya anak tidak mudah baper. Mudah, marah, tersinggung, mogok dan sebagainya," ungkapnya saat dihubungi Tribunnews, Minggu (15/10/2023).
Baca juga: Peringati Hari Kesehatan Mental, Sukarelawan Ganjar Senam Ceria Bersama Ratusan Buruh
Kecerdasan emosi ini pun perlu dirangsang dengan contoh-contoh keteladanan dari para orang dewasa.
Seperti orangtua, tenaga pendidik, tokoh masyarakat dan sebagainya.
"Nah mohon juga para tokoh-tokoh ini memberikan contoh keteladanan yang tetap arif, bijak mengacu saja pada panduan karakter profil pelajar Pancasila," imbaunya.
Poin karakter profil pelajar Pancasila, pertama akhlak mulia.
Dicontohkan kejujuran, persahabatan, saling menghormati, tidak mencaci, tidak memfitnah dan sebagainya.
Kedua adalah kebhinekaan global, yaitu menghargai perbedaan tadi.
Perbedaan suku, ras, agama, ekonomi dan sebagainya.
Ketiga adalah gotong royong. Ini kan adalah ciri masyarakat Indonesia gotong royong ini.
Selain itu, kata laki-laki yang akrab disapa kak Seto ini mengungkapkan untuk penting tidak membandingkan anak.
"Jadi tidak dibanding-bandingkan, tidak ada sistem rangking. Jadi seolah yang pinter matematika lebih unggul dibandingkan lain," jelasnya.