TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tanggal 26 Desember, 19 tahun silam, gempa bumi berkekuatan 9,3 Skala Rithcer (SR) mengguncang Aceh.
Musibah itu tak hanya menyisakan pilu bagi Indonesia, melainkan 15 negara lain juga turut terdampak.
Gempa berkedalaman 10 kilometer dan berpusat di 160 km sebelah barat Aceh dengan posisi 2,9 derajat Lintang Utara dan 96,6 derajat Bujur Timur itu terjadi pukul 08.00 WIB.
Gempa bumi itu menjadi gempa paling hebat dalam kurun waktu 40 tahun terakhir.
Sejumlah ahli menyebut, gempa di Aceh menjadi gempa terbesar ke-5 yang pernah ada dalam sejarah.
Orang-orang berhamburan keluar rumah, bangunan yang menjulang tinggi sebagian roboh menyentuh tanah.
Gempa itu menewaskan sebagian korban meski gelombang tsunami belum menyapu dataran.
Gempa bumi tersebut juga memicu gelombang tsunami dengan ketinggian lebih dari 30 meter.
Tak selang berapa lama, tsunami menyapu bersih sebagian wilayah Aceh.
Bencana alam ini menjadi peristiwa bencana alam terbesar dalam sejarah abad 21.
Gelombang tsunami datang dengan kecepatan mencapai 100 meter per detik, atau 360 kilometer per jam.
Air laut memuntahkan gelombang raksasa dengan ketinggian yang berbeda-beda.
Puncak tertinggi yakni 34,5 meter di pantai Lhoknga, Aceh Besar sebagaimana tercatat dalam buku Tsunami Aceh Getarkan Dunia (2006:5) yang diterbitkan Serambi Indonesia dan Japan - Aceh Net.
Pulau Simeulue yang menjadi wilayah paling dekat dengan episentrum membutuhkan waktu 15 menit bagi tsunami naik ke daratan salah satu kabupaten di Aceh itu usai gempa.