Dengan demikian, menurut jenderal bintang dua itu, Pramuka bagus menjadi ekstrakurikuler wajib.
Jika perlu, disediakan anggaran untuk melatih para pembina Pramuka, mengadakan kegiatan jambore daerah tingkat kecamatan, kabupaten, provinsi, hingga nasional.
Oleh karena itu, ia tak tak ingin Pramuka mati karena kesalahan keputusan politik.
Selengkapnya, inilah komentar Irjen Krishna Murti terkait Pramuka yang tak lagi menjadi ekstrakurikuler wajib bagi para siswa:
CUMA MASUKAN:
Agak panjang tapi pantas dibaca sampai selesai.
Yth Siapapun para pengambil kebijakan:
Pengalaman hidup saya, salah satu momen pembangunan karakter terbaik dalam hidup saya adalah saat saya bergabung jadi Pramuka. Dari SD, SMP, SMA hingga Akpol, saya belajar kepramukaan.
Di Pramuka, saya belajar disiplin, belajar kerjasama, belajar penghormatan. Dan yg terpenting saya juga belajar kegembiraan.
Jaman itu, adalah jaman dimana game elektronik belum menyebar massive.
Jaman itu adalah jaman ketika media sosial belum sedahsyat sekarang. Jaman itu adalah jaman kami disibukkan dalam permainan kegembiraan sehingga tidak sempat untuk nongkrong2, tidak tertarik untuk tawuran, dan lebih memilih menggunakan waktu luang untuk lelah dg kegiatan ketrampilan.
Kalau pramuka tidak wajib, artinya suka rela. Anak2 itu tidak bisa diajak sukarela, mereka akan lebih rela menghabiskan waktunya utk ber tiktok ria drpd belajar.
Hidup itu kadang butuh dipaksa, spt kita belajar Shalat waktu kecil, butuh paksaan dari orang tua dan pada waktunya kita sadar bahwa shalat adalah kewajiban.
Disiplin juga butuh paksaan..
Belajar juga butuh paksaan..
Kadang2 tidur cepat dimalam hari juga butuh paksaan..
Tukang Ojol, kalau belajar pramuka juga akan tau artinya ngantri, tau artinya tidak melawan arus, tau nunggu lampu merah baru jalan, tau tata krama di jalan.