Ia meminta pemerintah pusat dan daerah mengawal dan merealisasikan pembangunan sabo dam sebagai bagian dari infrastruktur mitigasi.
Selain itu, ia juga agar rambu zona bahaya serta alat pemantau curah hujan dan ketinggian muka air sungai dipasang.
"Mohon pembangunan sabo dam itu dikawal, tahun ini sampai tahun depan bisa 25 sabo dam bersama Kementerian PUPR, ini bagian dari infrastruktur mitigasi di aliran lahar dingin," kata dia.
Penguatan kesiapsiagaan, mitigasi, dan peringatan dini tersebut merupakan bagian dari amanah UU Nomor 24 Tahun 2007 di mana penanggulangan bencana meliputi upaya prabencana dan pascabencana.
Tahap prabencana tersebut meliputi pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan dan peringatan dini.
Baca juga: UPDATE: BNPB Ralat Data Korban Meninggal Akibat Galodo di Sumatera Barat Jadi 61 Orang
Hal tersebut dinilai menjadi kunci guna mengurangi risiko bencana di masa mendatang termasuk dalam upaya meminimalisir dampak korban jiwa.
Pembuatan sistem peringatan dini tersebut sesuai dengan rekomendasi yang disampaikan oleh BMKG.
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati, dalam rapat, mengatakan perlu adanya sistem peringatan dini bencana banjir bandang atau galodo langsung di masyarakat.
Sebab, kata dia peringatan dini yang selama ini ada dan dikeluarkan BMKG hanya terkait dengan peringatan dini hujan.
"Sebelum terbangunnya sabo dam hujannya harus terus dimonitor peringatan dini yang kami sampaikan adalah peringatan dini hujan dan ini tidak terkait dengan peringatan dini banjir lahar jadi harus ada alat untuk mengukur tinggi muka air di sungai aliran lahar, seperti bentang kabel jadi kalau sudah terputus sirine akan berbunyi dan itu dipasang di hulu atas," kata Dwikorita.
Ia mengatakan setelah melakukan analisa di wilayah Sumatra Barat, ditemukan bahwa meskipun musim kemarau namun wilayah Sumatra Barat tetap hujan.
Sehingga, lanjut dia, diperlukan penanganan jangka panjang secara permanen berupa kesiapsiagaan dan mitigasi guna mengantisipasi bencana serupa terulang lagi.
"Karena memang di sekitar kaki Gunungapi Marapi banyak pertemuan sungai, bahkan hingga tiga sungai maka ini perlu ditangani dengan kesiapsiagaan dan mitigasi jangka panjang ini menjadi ancaman berikutnya dikhawatirkan lebih besar kami tidak menakuti tapi ini harus ditangani bersama, apabila tidak ada hujan insyaAllah aman," kata Dwikorita.
Presiden Kunjungi Lokasi Terdampak
Presiden Republik Indonesia Ir. Joko Widodo (Jokowi) didampingi Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen TNI Suharyanto, S. Sos., M.M., dan Kepala Basarnas Marsdya TNI Kusworo meninjau lokasi terdampak galodo di wilayah Kabupaten Agam, Sumatera Barat pada Selasa (21/5/2024 lalu).