Cia harus mengikuti jadwal dari rombongan yang diikutinya yakni bangun pagi subuh.
Mobil jemputan untuk mengantarkannya ke Lapangan St. Petrus mempunyai jadwal ketat dan tidak boleh terlambat.
Jadi mengantukpun harus dilawan.
Tentu sesuai dengan janjinya. Cia juga mengenakan baju berlapis-lapis untuk melawan hawa dingin yang menggigit.
Bersyukur, rombongan mendapat tempat di Reparto Speciale – wilayah khusus, yang lebih dekat dengan Paus Fransiskus.
Namun tempat ini tidak menjamin seseorang akan mendapat anugerah bersalaman dengan orang nomor satu di Gereja Katolik Sedunia itu.
Di wilayah reparto speciale ini, wajah paus terlihat jelas karena berjarak sekitar 25 meter. Untuk bersalaman dengan paus, setiap peziarah harus berebut posisi.
Maklum, ada pagar kayu setinggi 1,30 meter yang membatasi area ini dengan area VVIP.
Seperti biasanya, Paus Fransikus keluar ke Lapangan St. Petrus pada pukul 09.30.
Sambil menunggu keluarnya Paus Fransiskus dengan mobil putih terbuka, masing-masing peziarah menempati tempat duduknya sesuai dengan urutan.
Nampak, para pengawal paus yang berjaga berdiri tegak, tak bergerak dengan wajah tanpa emosi.
Hanya pandangannya yang terkadang melihat tajam lingkungan sekitar.
Rombongan dari Indonesia menjadi riuh ketika Rm Markus Solo Kewuta menghampiri.
Ia pejabat Vatikan satu-satunya yang berasal dari Indonesia, tepatnya dari Nusa Tenggara Timur.