News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Program Makan Siang Gratis, Diharapkan Picu Peningkatan Asupan Protein Hewani pada Anak

Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Willem Jonata
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Makanan-makanan yang siap dihidangkan dalam simulasi program makan siang gratis.

Pelaksanaan kegiatan berlangsung selama 6 minggu berturut-turut, di mana setiap wilayah diuji coba selama 10 hari untuk setiap model pemberian makanan, yang kemudian diukur dan dievaluasi angka kecukupan gizi dan efektivitas pelaksanaannya. 

Ahli gizi kesehatan masyarakat PKGK (pangan olahan untuk gizi khusus) UI Prof. Dr. drg. Sandra Fikawati, MPH mengatakan, dalam program itu, menu disusun berdasarkan peraturan Menteri Kesehatan Nomor 28 tahun 2019 tentang angka kecukupan gizi yang dianjurkan untuk masyarakat Indonesia.

Misalkan menu pertama adalah nasi, ayam goreng, semur tahu, sayur bayam dan jagung.

Menu kedua: pisang dan susu, nasi, ayam bumbu kecap, perkedel kentang, pepes tahu, tumis labu siam wortel, pisang dan susu.

Menu ketiga: nasi, semur telur, tahu goreng, tumis labu siam wortel dan bakso, semangka dan susu.

Menu keempat: nasi, ayam goreng, tempe goreng, sayur bayam dan jagung, buah pepaya dan sus.

Menu kelima: nasi, ayam goreng bumbu, tahu goreng, sayur bayam dan jagung, perkedel kentang, buah pepaya dan susu.

Menu keenam: nasi, telur dadar, tahu bumbu kecap, sayur bayam dan jagung, buah semangka dan susu.

“Teori perubahan digunakan dalam penelitian ini karena menjelaskan bagaimana dan mengapa program ini diharapkan dapat mencapai tujuannya. Teori perubahan ini mencakup asumsi-asumsi dasar, input, output, outcome dan dampak yang diharapkan serta indikator-indikator yang digunakan untuk mengukur keberhasilan,” ujar dia.

Hasilnya, jumlah anak dengan status gizi buruk atau kurang, berkurang 2,8 persen pasca program. 

Program ini berhasil meningkatkan asupan gizi siswa, terutama dalam hal protein dan buah yang penting untuk pertumbuhan dan perkembangan siswa.

Sebelum program berjalan asupan protein hewani siswa tergolong rendah seperti konsumsi ayam 50 persen, ikan 48 persen dan daging merah 2 persen.

Sebaliknya konsumsi susu 70 persen, telur 67 persen dan protein nabati 69 persen relatif lebih tinggi dan dilakukan beberapa kali setiap hari karena ketersediaan harga yang lebih murah.

Prof Fika menjelaskan dalam studi ini menguji 3 model pemberian makan bergizi, yakni Ready to Eat (RTE), Ready to Cook (RTC) dan Swakelola.

Halaman
1234
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini