News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Program Makan Siang Gratis, Diharapkan Picu Peningkatan Asupan Protein Hewani pada Anak

Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Willem Jonata
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Makanan-makanan yang siap dihidangkan dalam simulasi program makan siang gratis.

Tujuannya adalah untuk menganilisis efektivitas setiap model sekaligus memantau proses produksi, pemenuhan kebutuhan gizi, hingga distribusinya. 

Ready to eat menunjuk salah satu catering ke kanan untuk memproduksi makanan yang didistribusikan kepada siswa di sekolah.

Ready to cook (RTC) sekolah mengelola produksi makanan untuk diberikan kepada anak-anak bahan baku protein disediakan Jafpa.

Swakelola adalah dana yang disediakan dikelola oleh sekolah dan sekolah membentuk tim untuk memproduksi bahan makanan.

“Model swakelola memiliki tingkat konsumsi tertinggi diantara siswa dengan persentase 84 persen, diikuti oleh Ready to Cook (RTC) dengan persentase 83 persen,” kata dia.

Bisakah Terpenuhi dengan Rp.15.000?

Saat disinggung soal anggaran yang terlampau besar untuk program ini, ia menilai, apa yang akan dikeluarkan pemerintah adalah investasi untuk generasi mendatang.

"Jadi bukan sekadar pengeluaran besar semata saja. Ini harus dilihat investasi jangka panjangnya. Investasi ini punya dampak luar biasa bagi generasi mendatang," ungkap dia.

Dewa Made Agung memaparkan, dalam penelitian rata-rata keseluruhan menu makanan bergizi dan sehat (kecuali susu) yang meliputi memasak, distribusi ke sekolah hingga penyucian tray komparasi antar model adalah sebagai berikut ready to eat Rp18.372, ready to cook Rp12.719 dan swakelola Rp13.145.

“Ini merupakan biaya pembuatan per standar porsi tanpa susu,”sebut Dewa Made Agung.

Pihaknya uga menyarankan, model ready to cook dan swakelola bisa diterapkan dalam program makan bergizi ini.

Berdasarkan hasil analisa biaya ditemukan bahwa RTC menjadi model dengan biaya produksi yang paling rendah diantara ketiga model.

Hal ini dikarenakan model RTC tidak berorientasi profit walaupun tetap mengupah pekerjaan dan langsung menerima protein hewani dari produsen.

“Perlu juga memastikan bahwa produsen menghasilkan bahan makanan yang berkualitas dan terjamin keamanan pangannya, serta higienitas dalam proses produksi untuk hasil yang optimal. Seperti daging ayam yang berasal dari rumah potong ayam yang memenuhi standar dan memiliki sertifikat NKV,” ujar Dewa.

Halaman
1234
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini