News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Perahu Karet Tabrak Kayu, 2 Rescuer Kantor SAR Medan Ditemukan Meninggal Setelah 8 Hari Pencarian

Penulis: Gita Irawan
Editor: Dewi Agustina
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Dua rescuer Kantor SAR Medan Tengku Rahmatsyah Putra (36) dan Dodi Prananta (38) gugur saat mencari korban hanyut di Sungai Solok.

Ketika proses pencarian memasuki ceruk sungai yang menyempit dengan arus yang sangat deras, terdapat sebuah kayu besar melintang di jeram. 

Perahu karet kemudian menabrak kayu tersebut yang membuat perahu karet tak terkendali dan akhirnya terbalik. 

Akibatnya, keenam penumpang perahu karet terlempar dan hanyut terbawa arus sungai.

Mereka kemudian berupaya bertahan hidup dengan menerapkan teknik dasar bertahan hidup di permukaan air. 

Mereka mengapung, mengikuti arus, sembari menghindari tubrukan dengan benda-benda sungai seperti batu, tebing di kanan dan kiri sungai, serta sampah hutan berupa kayu-kayuan. 

Selain itu, radio komunikasi yang mereka bawa juga terlempar dan hilang sehingga mereka tidak bisa meminta pertolongan teman-temannya di posko.

Sekitar pukul 17.00 WIB salah satu rescuer yang hanyut, Robbi Daniel, berhasil menyelamatkan diri dan mendapatkan pertolongan dari warga di sekitar Sungai Solok tepatnya di Desa Ujung Deleng, Kecamatan Kutabuluh, Kabupaten Karo. 

Robbi, kemudian dievakuasi ke Desa Limang, Kecamatan Tigabinanga. 

Tak jauh dari lokasi Robbi, 2 personel dari Potensi SAR yakni Rico Barus dan Oscar Sebayang juga berhasil menyelamatkan diri dan mendapat pertolongan dari masyarakat setempat.

Informasi tersebut menyebar dan mengejutkan seluruh tim SAR yang terlibat dalam operasi SAR tersebut. 

Ratusan personil, peralatan, baik dari internal Kantor SAR Medan maupun dari Potensi SAR dikerahkan untuk mencari ketiga korban dengan penyisiran sungai menggunakan perahu, penyisiran darat, dan mengerahkan drone termal. 

Tim SAR juga mencermati Bendungan PT WEP yang berda di hilir atau sekitar 13 kilometer dari lokasi perahu terbalik. 

Sehari kemudian, pada Kamis (17/10/2024) sekira pukul 09.00 WIB, tim SAR berhasil menemukan Jeri Novanda dalam keadaan lemah di atas perahu rafting SRU 1 yang sebelumnya terbalik di pinggir sungai yang mulai surut itu.

Tim SAR kemudian mengevakuasi Jerri dari pinggir sungai ke atas dengan teknik vertical rescue atau hoisting. 

Sementara itu, tim SAR lainnya terus melakukan pencarian 3 korban, yaitu korban Jeplenta Sebayang dan 2 rescuer yaitu Tengku Rahmat Syahputra dan Dodi Prananta.

Pada Sabtu (19/10/2024) sore sekitar pukul 17.30 WIB, tim SAR berhasil menemukan korban Jeplenta Sebayang dalam keadaan meninggal dunia. 

Operasi pencarian terus dilakukan dengan fokus mencari Tengku Rahmatsyah Putra dan Dodi Prananta. 

Personel tim SAR dan peralatan yang dikerahkan juga bertambah.

Kantor SAR Medan juga mengerahkan tim SAR dari Pos SAR Mandailing Natal, Pos SAR Tanjung Balai, Pos SAR Danau Toba, dan Pos Kotacane.

Mereka juga mendapat dukungan dari Kantor SAR Aceh, Kantor SAR Jambi, Kantor SAR Bengkulu, Kantor SAR Pekanbaru dan Kantor SAR Padang. 

Kantor Pusat Basarnas juga mengerahkan satu tim Basarnas Special Group (BSG) dengan kualifikasi water rescue.

Sementara Potensi SAR yang mendukung operasi SAR tersebut di antaranya tim Vertical Rescue Indonesia (VRI), Jagat Samagram Indonesia (JSI), ORARI, Rentan, Reaksi, BPBD Kabupaten Karo, BPBD Langkat, BPBD Binjai, Camat Tiga Binanga, Kades Ujung Delang, Kades Limang, tim kayak Asahan, Pandawa Kayak, Federasi Arum Jeram Indonesia (FAJI) Sumatera Utara, Sumatera Explore, Pramuka SAKA SAR, Polsek, dan Koramil Kutabuluh. 

Pada Rabu (23/10/2024), tim SAR yang tanpa mengenal lelah terus melaksanakan operasi pencarian hingga akhirnya berhasil menemukan kedua rescuer Kantor SAR Medan tersebut. 

Keduanya kemudian diserahkan keluarga dan disemayamkan di rumah duka.

Doa bersama juga digelar hingga kedua jenazah dimakamkan.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini