News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Prabowo Tancap Gas Ingin Bangun Bandara Baru di Bali yang Ditolak Megawati, Elite PDIP Bilang Begini

Penulis: Fersianus Waku
Editor: Acos Abdul Qodir
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri (kiri) dan Presiden terpilih Prabowo Subianto (kanan). Jelang pelantikan presiden, Prabowo dan Megawati menunjukkan sinyal keakraban.

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fersianus Waku 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua DPP PDIP, Deddy Sitorus, buka suara mengenai rencana Presiden Prabowo Subianto membangun Bandara Internasional Bali Utara di Kabupaten Buleleng, Bali

Deddy mengingatkan ketika Presiden ke-5 RI Megawati Soekarnoputri, sempat menyatakan penolakan terhadap rencana Presiden ke-7 RI Joko Widodo (Jokowi) untuk membangun bandara tersebut pada awal 2023 lalu.

Deddy mengatakan, ketika itu Megawati meminta perlunya kajian mendalam terkait rencana pembangunan bandara kedua internasional di Pulau Bali ini.

Sebab, lonjakan wisatawan yang tidak terkendali telah berdampak pada kerusakan alam, kultural, dan sosiologis Bali sebagai warisan peradaban.

"Kehancuran lingkungan yang ditimbulkan itu terjadi besar-besaran di wilayah Selatan. Sangat berdampak terhadap pencemaran di laut dalam bentuk limbah sampah plastik," kata Deddy, kepada Tribunnews.com pada Senin (4/11/2024).

Selain itu, kata dia, pengelolaan masalah sampah di darat tidak tertangani dengan baik, serta alih fungsi lahan-lahan pertanian menjadi villa dan hotel tanpa pengaturan yang ketat.

Kemudian, rusaknya daerah tangkapan air dan berbagai masalah ekologis lainnya. Kepemilikan lahan di Bali semakin timpang," ujar Deddy.

Baca juga: Respons Menteri Hukum RI Soal Wacana RUU Perampasan Aset Bakal Masuk Prolegnas

Menurut Deddy, selama ini masyarakat di Selatan Bali terlihat bukan sebagai pelaku utama dan umumnya terserap hanya sebagai tenaga kerja level bawah. 

Anggota Komisi II DPR RI ini berpendapat bahwa hal tersebut menimbulkan banyak dampak sosial dan kultural. 

"Pelaku utama industri pariwisata umumnya datang dari luar, tidak melakukan kolaborasi dengan pengusaha lokal, membawa keuntungan mereka keluar dan tidak secara signifikan membawa kesejahteraan dan keadilan bagi warga Bali," jelas Deddy.

Hal tersebut, menurut Deddy, memerlukan perbaikan menyeluruh dari sisi kebijakan investasi, dan industri pariwisata.

Dia mendorong dilakukan penataan ruang dengan memperhitungkan daya dukung ekologis dan sosiologis sebelum membuka wilayah Utara.

"Agar masalah dan dampak yang terjadi di wilayah Selatan tidak terulang di Utara Bali akibat pembangunan Bandara di Buleleng," ucap Deddy.

Baca juga: Kabar Gembira! Program Makan Bergizi Gratis Ditujukan untuk Ibu Hamil, Balita, dan PAUD hingga SMA

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini