Meskipun terjadi gencatan senjata pada 29 Oktober, bentrokan-bentrokan bersenjata tetap berlangsung antara masyarakat Surabaya dan tentara Inggris.
Puncak dari pertempuran ini, yaitu terbunuhnya Brigadir Jenderal Mallaby pada 30 Oktober 1945 dan hal ini membuat Inggris marah.
Pada 10 November pagi, tentara Inggris mulai melancarkan serangan.
Pasukan sekutu mendapatkan perlawanan dari pasukan dan milisi Indonesia.
Pertempuran pun berakhir pada 28 November 1945.
2) Peran Bung Tomo dan Tokoh Lain
Sutomo atau dikenal dengan Bung Tomo menjadi satu tokoh yang berperan besar mengobarkan semangat perlawanan rakyat Surabaya dalam pertempuran ini.
Bung Tomo berperan sebagai pemimpin Barisan Pemberontak Rakyat Indonesia (BPRI) di Surabaya.
Bung Tomo menginspirasi perlawanan rakyat Surabaya melalui siaran Radio Pemberontakan milik BPRI.
Selain Bung Tomo, terdapat pula tokoh-tokoh berpengaruh lain dalam menggerakkan rakyat Surabaya pada masa itu.
Seperti KH. Hasyim Asy'ari, KH. Wahab Hasbullah, serta kyai-kyai pesantren lainnya juga mengerahkan santri-santri mereka dan masyarakat sipil sebagai milisi perlawanan.
Banyaknya pejuang yang gugur dan rakyat yang menjadi korban pada masa itu membuat Kota Surabaya kemudian dikenang sebagai Kota Pahlawan.
3) Penetapan Hari Pahlawan
Pertempuran di Surabaya menjadi catatan bagaimana perlawanan rakyat mempertahankan kemerdekaan.
Oleh karena itu, Presiden Soekarno menetapkan tanggal 10 November 1945 sebagai Hari Pahlawan.
Keputusan itu ditetapkan melalui Keppres Nomor 316 Tahun 1959 tanggal 16 Desember 1959.