Laporan wartawan Tribunnews.com, Fahdi Fahlevi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Agama Nasaruddin Umar mengungkapkan bahwa masih banyak umat Islam di Indonesia yang belum bisa membaca Alquran.
Nasaruddin mengutip penelitian Institut Ilmu Alquran (IIQ) Jakarta terhadap 3.111 responden di 25 provinsi.
Baca juga: Habib Rizieq Minta Presiden Prabowo Tetap Mengedepankan Ayat Suci Alquran Dibanding Ayat Konstitusi
"Disimpulkan bahwa 72,25 persen umat Islam Indonesia itu masih buta aksara Alquran. Tinggi sekali lho Bapak itu. Itu artinya hanya berapa yang bisa ngaji," ujar Nasaruddin dalam sambutannya pada Peresmian Gedung Pusat Literasi Keagamaan Islam di Ciawi, Bogor, Jawa Barat, Rabu (4/12/2024).
Menurut Nasaruddin, penyebab banyak orang tidak bisa membaca Alquran, karena tidak punya kitab suci ini.
Dirinya mengingatkan agar Unit Percetakan Alquran (UPQ) agar memaksimalkan pencetakan Alquran.
"Kenapa ini perlu kita cetak? Karena untuk memenuhi kebutuhan masyarakat kita dari yang berbawah. Mungkin karena keterbatasan Alquran, maka tingkat buta huruf Alquran di Indonesia sekarang ini masih sangat tinggi," ujar Nasaruddin.
Kebutuhan Alquran, kata Nasaruddin, setiap tahunnya sebanyak 6 juta eksemplar Alquran.
Baca juga: Waqaf Alquran Dorong Penguatan Literasi Keagamaan di Pendidikan Dasar
Sehingga butuh untuk memaksimalkan pencetakan Alquran di Indonesia.
"Kebutuhan kita Alquran itu setiap tahun 6 juta orang, 6 juta eksemplar. Nah, kemampuan untuk dicetak, percetakan kita ini 1,7 juta ya. yang saya lihat di internetnya. Sementara kebutuhan kita ini ada sekitar 6 juta," pungkasnya.
Dalam kesempatan tersebut, Nasaruddin juga berharap dengan beroperasinya Gedung Pusat Literasi Keagamaan Islam (PLKI) dapat berkontribusi dalam mencetak serta memelihara Alquran dan kitab-kitab lain di mata Internasional.