News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Cerita Penerima Beasiswa Teladan Tanoto Foundation: Kembangkan Soft Skill dan Kepemimpinan

Penulis: garudea prabawati
Editor: Wahyu Gilang Putranto
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Beasiswa TELADAN Tanoto Foundation telah disalurkan kepada para generasi muda berprestasi. Ini cerita 'ajaib' mahasiswi penerima beasiswa.

Menetapkan cita-cita setinggi mungkin dan siap mengambil risiko untuk maju. Mendorong diri dari zona nyaman dan tidak menyerah saat menghadapi kendala. Percaya diri dan optimis.

3. Integrity (Integritas)

Memilih untuk hidup dan bertindak sesuai dengan prinsip yang dipegang teguh termasuk kejujuran, adil dan santun, serta teguh pada komitmen.

4. Continuous Learning (Pembelajar sepanjang hayat)

Memiliki inisiatif untuk terus menambah ilmu pengetahuannya dan terus menantang dirinya menjadi pribadi dan profesional yang semakin baik. Tidak takut dan belajar dari kesalahan dan memandang kesalahan sebagai kesempatan untuk tumbuh dan mengembangkan diri.

5. Grit (Teguh dan Tekun)

Memiliki ketekunan dalam mengejar minatnya dan keteguhan meski menghadapi rintangan. Memiliki tujuan dan berpegang pada komitmen.

6. Care for Others (Peduli sesama)

Mampu memahami berbagai sudut pandang dan kebutuhan, dan bertenggangrasa terhadap sesama manusia, penuh perhatian, dan tanggap. Menyingkirkan perasaan diri paling penting, fokus pada sesama manusia, dan bekerjasama dengan baik dengan orang lain. 

7. Empower Others (Memberdayakan orang lain)

Menunjukkan komitmen untuk membawa kebaikan, tidak gentar mengambil langkah pertama, dan menyingsingkan lengan untuk bergotong-royong dengan orang lain, dan mengeluarkan potensi terbaik orang lain yang bekerja dengannya.

8. Innovative (Inovatif)

Memiliki kreativitas tinggi. Banyak akal untuk memulai sebuah inisiatif dan pemikir yang mandiri. Mereka senantiasa melakukan hal baru.

9. Entrepreneurial Spirit (Semangat wirausaha)

Berpikiran terbuka dan memiliki rasa ingin tahu. Memandang sesuatu dari berbagai sudut pandang. Berorientasi pada masa depan, sangat mampu beradaptasi, dan tidak gentar akan kegagalan.

Michael mengungkapkan, dengan sembilan karakteristik tersebut, mahasiswa bisa memiliki kompetensi sebagai bekal masa depan.

Sehingga, mereka memiliki daya saing di masa depan meski berlatar belakang berbeda.

"Riset yang kami lakukan, menemukan bahwa teman-teman mahasiswa-mahasiswi dari latar belakang sosial ekonomi yang kurang beruntung tadi, dengan pelatihan kepemimpinan, pembangunan karakter dan soft skills, mereka bisa mengejar kompetensi sehingga pada waktu mereka lulus mereka mengejar kompetensi teman-teman dia yang mungkin pada awalnya datang dari latar belakang sosial ekonomi yang lebih beruntung," ungkapnya.

SDM Unggul Penting untuk Kemajuan Indonesia 

Pentingnya soft skill bagi Generasi Z atau Gen Z yang akan masuk ke dunia kerja memang menjadi urgensi tersendiri, terlebih dengan adanya data yang menyebut bahwa Gen Z yang baru lulus kuliah susah mendapatkan pekerjaan dan sulit menyesuaikan diri dengan dunia kerja.

Menurut laporan terbaru Intelligent, platform konsultasi pendidikan dan karier, banyak perusahaan ragu mempekerjakan Gen Z.

Menyoroti hal ini, dr Gamal Albinsaid, anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI Komisi X mengatakan soal laporan dari Randstad Workmonitor pada 2022, bahwa 41 persen Gen Z mengatakan lebih memilih jadi pengangguran dibandingkan tidak bahagia di tempat kerja.

Bahkan satu laporan dari Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan bahwa 9,9 juta anak muda tidak dalam pekerjaan, training ataupun edukasi.

Politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu menyoroti akar masalah yang membuat Gen Z tidak siap memasuki dunia kerja bahkan minim soft skill.

Termasuk karena proses pendidikan yang diterapkan di Indonesia saat ini yang akhirnya melahirkan generasi-generasi seperti saat ini.

Dalam penilaian yang dilakukan oleh Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) dalam Programme for International Student Assessment (PISA) 2022, skor Indonesia masih rendah.

Termasuk terlihat dalan konteks membaca, skor literasi membaca Indonesia pada 2022 mengalami penurunan bila dibandingkan 2018. 

Pihaknya pun telah mendorong pemimpin-pemimpin pengambil keputusan untuk meletakkan pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) sebagai sebuah prioritas dan itu diterjemahkan dalam alokasi SDM yang signifikan.

"Kenapa itu penting? karena negara maju itu dari SDM yang unggul dan SDM unggul itu menurut banyak penelitian berdampak pada pertumbuhan dan ketahanan ekonomi sebuah negara," tutup dr Gamal.

(Tribunnews.com/Garudea Prabawati/Gilang Putranto)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini