"Itu menjadi urusan partai lain. Kami tidak bisa campuri," tandasnya.
Gerindra atau Golkar?
Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia Adi Prayitno menduga, ada sejumlah langkah politik yang kemungkinan akan diambil oleh Jokowi setelah tidak lagi menjadi bagian dari PDI-P. Salah satunya, Jokowi masuk ke Gerindra.
Adi menilai, Gerindra jauh lebih menggiurkan bagi Jokowi karena Gerindra sebagai partai pemenang pilpres memiliki kekuatan politik yang luar biasa.
”Secara alamiah, siapa pun politisi di negara ini ngiler bergabung dengan partai penguasa. Dalam konteks itu, sangat rasional Jokowi ke Gerindra. Setidaknya, Jokowi punya backing politik jangka panjang, terutama untuk memproteksi diri dari serangan PDI-P dan kelompok kritis,” ujarnya.
Namun, problemnya, ujar Adi, jika Jokowi bergabung ke Gerindra, Jokowi tak bisa berharap menjadi bintang dan king maker.
Sebab, bintang dan king maker di Gerindra hanyalah Prabowo, bukan yang lain.
”Sementara ada kecenderungan Jokowi masih ingin terlihat jadi bintang dan king maker di masa mendatang, terutama untuk mementori Gibran. Di situlah, dilemanya Jokowi kalau ke Gerindra,” katanya.
Kemungkinan lain, Jokowi menjadi kader partai lain di luar Gerindra, seperti Partai Golkar dan Partai Amanat Nasional (PAN).
Pilihan ini memang sepintas terlihat menarik. Sebab, artinya, Jokowi akan masih punya bargain politik yang kuat ke depan, apalagi Gibran juga masih menyandang sebagai wapres.
”Itu artinya, partai apa pun yang terima Jokowi bisa dipastikan punya wapres yang secara politik prestisius. Namun, sekali lagi, tak ada jaminan bagi Jokowi bisa menjadi king maker jika bergabung di antara dua partai itu,” tutur Adi.
Kemungkinan terakhir adalah Jokowi tak bergabung ke partai mana pun.
Menurut Adi, jika opsi ini yang dipilih, justru akan lebih baik.
Sebab, ini untuk menepis anggapan bahwa Jokowi hanya akan mendompleng partai yang sudah mapan setelah tak lagi menjadi presiden dan bukan menjadi bagian dari PDI-P.
”Jokowi bisa tunjukkan kekuatan politiknya tanpa dompleng partai lain. Ini semacam pembuktian kehebatan Jokowi setelah tak lagi di PDI-P. Pembuktian bahwa Jokowi masih hebat mesti tak bersama partai lain,” kata Adi.