Bagaimana dengan para pasien yang dirawat sebelum terjadi Tsunami?
Prof Tjandra menuturkan, tidak ada pasien sama sekali karena seluruh rumah sakit tertimbun lumpur.
“Kami berkoordinasi dengan TNI dan di kerahkanlah puluhan prajurit untuk membersihkan lumpur itu. Kalau bukan tentara yang turun tangan ketika itu maka tentu tidak ada tenaga yang tersedia untuk kegiatan yang perlu kerja keras mencuci lumpur ini,” ujar Prof Tjandra.
Sesudah RS bersih, dan beberapa petugas kesehatan mulai masuk kerja, maka beberapa kegiatan mulai berjalan. Ketika itu tim kesehatan dari berbagai negara datang ke RS ini.
Di halaman RS ini lalu dipasang tenda kesehatan oleh tim berbagai negara itu.
“Setiap pagi, para tenaga medis dan nakes selalu melakukan koordinasi di salah satu ruang RS yang sudah dapat digunakan,” ungkap dia.
Tepat hari ini, 20 tahun kejadian itu, ia mendoakan semua korban bencana alam besar yang membekas di hati masyarakat Aceh.
Sudah banyak perubahan yang dia rasakan, saat kembali ke Aceh.
Baca juga: Kapal Patroli Singapura Intimidasi Nelayan Batam yang Sedang Cari Ikan di Laut
RS yang dulu menjadi harapan banyak pasien kini tampil dengan kokoh dengan dokter dan perawat yang lengkap.
Selepas bertugas di Aceh, Prof Tjandra menulis buku Masalah Kesehatan Pasca Tsunami di tahun 2005.
Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara Prof Tjandra Yoga Aditama