TRIBUNNEWS.COM,BANDUNG--Ibarat mesin diesel, debat calon gubernur-calon wakil gubernur (cagub-cawagub) Jabar baru terasa memanas justru di debat terakhir yang digelar di Bandung Convention Center (BCC), Kota Bandung, Rabu (20/2) malam. Pada debat ketiga versi KPU Jabar ini para kandidat saling menyerang.
Sesi paling panas terjadi saat Cawagub dari PDIP Teten Masduki bertanya kepada Cagub Ahmad Heryawan (Aher). Teten menuding Ahmad Heryawan bermain dalam pengisian posisi direksi di Bank Jabar Banten. Tudingan ini langsung disangkal Heryawan.
Menurut Heryawan, ia sama sekali tidak ikut-ikutan urusan tersebut. Heryawan bahkan menyebutkan pengisian direksi justru atas rekomendasi Rheinald Khasali, pakar ekonomi Universitas Indonesia (UI) yang secara kebetulan menjadi panelis dalam debat tersebut.
"Anda (Teten) dapat informasi yang salah. Saya tidak ikut-ikutan urusan (pengisian direksi) itu," kata Aher.
Ketika jeda siaran pun, Aher bahkan harus mendatangi Teten untuk menjelaskan persoalan tersebut. Keduanya kemudian terlihat bersalaman.
Selain antara Teten dan Aher, debat panas juga terjadi antara pasangan Heryawan-Deddy Mizwar dengan Dede Yusuf-Lex Laksamana. Mizwar bahkan harus bertanya kepada Dede-Lex tentang budaya apa yang akan dikembangkan pasangan ini jika jadi pemimpin Jabar.
"Anda ini bisanya menyalahkan saja, curiga saja, budaya macam apa yang akan anda kembangkan," kata Mizwar.
Dede pun menjawab bahwa konsep yang akan dikembangkan pasangan ini adalah babarengan atau artinya bersama-sama membangun Jawa Barat.
Debat panas ini mulai terasa ketika sesi para kandidat saling bertanya satu sama lain. Bahkan di luar acara siaran televisi, para pendukung pasangan calon pun saling ejek satu sama lain.
Menurut Prof Dr Asep Warlan Yusuf, dosen Unpar yang menjadi panelis bersama Prof Dr Reinald Khasali, debat terakhir tidak menyentuh subtansi persoalan. Apalagi mampu menyampaikan visi misi calon. "Ini seperti cerdas cermat, tidak menyentuh subtansi. Hanya hiburan saja," kata Asep.
Mengenai saling serang antarkandidat, menurut Asep itu hal biasa dan wajar. Yang penting kata Asep, tidak menyerang pribadi. Sepanjang menyerang kebijakan kata Asep, hal itu tidak masalah.
Adapun Rheinald Khasali berpendapat, debat ini cukup variatif dan berwarna. Sebab latar belakang para kandidat bervariasi. Ada artis, aktivis antikorupsi, birokrat, dan politisi.
"Saya kira cukup bagus, lebih berwarna. Namun untuk menyampaikan visi misi dalam durasi waktu sependek itu memang tidak mungkin," kata Rheinald.