News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Masyarakat Dayak Minta Warga Kalbar tak Terpancing Isu SARA

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Yustinus Jhony Tampubolon alias Jhony Jingko (kanan) bersama pengacaranya Taufiq Budiman menunggu hasil laporan di Bareskrim Polri, Senin (30/9/2013). Jhony melaporkan Gubernur Kalimantan Barat, Cornelis dengan dugaan pasal pengeroyokan.

TRIBUNNEWS.COM, PONTIANAK - Dewan Adat Dayak (DAD) meminta masyarakat Provinsi Kalimantan BaratĀ  tak terpancing isu berlatar suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA).

Mereka menilai, kekinian terdapat potensiĀ  ketegangan antarwarga setempat yang berlatar SARA karena adanya kasus dugaan penganiayaan yang dilakukanĀ  Gubernur Kalbar Cornelis terhadap seorang warga bernama Yustinus Joni Tampubolon alias Joni Jinku.

Dalam kasus tersebut, DAD menegaskan mendukung Cornelis untuk menyelesaikan persoalan ini secara hukum.

"DAD Kalbar mendukung upaya hukum yang dilakukan oleh Gubernur Kalbar terhadap Joni Jinku. DAD juga meminta masyarakat untuk tidak terpengaruh isu-isu yang dapat memecah belah masyarakat," kata Advokat DAD Kalbar, Andel, Selasa (15/10/2013).

Selain itu, kata Andel, masyarakat juga diharapkan tidak bertindak negatif untuk merespons kasus tersebut. "Kasus ini juga jangan dikait-kaitkan dengan isu SARA," tandasnya.

Sebelumnya, Gubernur Kalimantan Barat Cornelis, membantah telah melakukan penodongan pistol ke salah satu warga saat berada di Bodok, Kabupaten Sanggau.

"Itu tidak benar, saya tidak pernah mencabut senjata lalu menodongkan pistol tersebut ke orang lain," ungkap Cornelis.

Cornelis menceritakan kronologis yang sebenarnya bahwa saat itu dirinya yang pulang dari pelantikan Sekda Sanggau saat di perjalanan adanya keramaian dan ada yang meneriaki rombongannya saat melintasi di dekat warung kopi.

"Kami sudah lewat kira-kira tiga menit dan saat itu saya tidur di dalam mobil dan sudah berganti baju dan jas dibuka menggunakan baju kaos saja," ungkapnya.

Menurutnya, memang senjata api tetap melekat di pinggang menggunakan sabuk dan sarungnya, sedangkan, magasin sudah disimpan di lain tempat. Karena para pengawal yang berada di belakang berhenti ada dari Polri dan Pol PP, tiba-tiba kendaraan yang ditumpangi Gubernur juga berhenti dan Cornelis langsung meminta untuk memundurkan kendaraan.

"Saya bilang ada apa dan saya minta mobil untuk mundur dan disitu ada ramai-ramai ada beberapa para pengawal termasuk Satpol PP dan adanya anggota Polisi juga," katanya.

Saat Gubernur turun dengan tergesa-gesa dan menanyakan permasalahan yang terjadi, para pengawal mengatakan ada yang meneriaki rombongan dan Gubernur pun tidak mempermasalahkan hal tersebut.

"Saat saya turun lalu saya tanya ada apa dan ada yang pakai baju nomor tiga (nomor pasangan Pilkada Sanggau yang kalah) saya tanya sama dia ngapa bah kau gitu dengan kami sudah kalah ya sudah saya pegang pundaknya. Memang saat itu baju saya agak sedikit naik ke atas karena buru-buru tadi dan kemungkinan pistol nampak," ujarnya.

Cornelis mengatakan mungkin karena senjata terlihat sehingga dirinya dianggap menodongkan pistol.

"Saya sempat katakan kepadanya lain kali tidak boleh begitu, lalu ada polisi dari Bodok saya minta agar orang tersebut dibawa pergi karena sudah ramai takut terjadi apa-apa sehingga langsung diamankan polisi," katanya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini