Tren perampokan minimarket dengan menggunakan senjata dan senpi misalnya, menjadi aksi berantai hingga membuat keresahan luar biasa.
“Sebagai polisi, saya mengaku sangat geram dengan aksi mereka, lebih-lebih bila mengetahui korban sampai dilukai. Emosi itu kadang terbawa saat melakukan pengejaran dan menangkap pelaku. Mereka (pelaku) ini kejam. Kaki mereka ditembak agar dia jera. Dia juga harus merasakan sakit yang dirasakan korban,” imbuhnya.
Meski begitu, dia enggan menceritakan kronologis eksekusi yang pernah dilakukannya.
Sumber Surya ini hanya bersedia bercerita latar belakang penembakan itu. Dia mengakui, ada prosedur yang diterabas.
Dia menyadari resiko atas langkah yang dilakukannya. Termasuk resiko berhadapan dengan tuntutan hukum dan sanksi profesi.
Tapi di sisi lain, ia menganggap keputusan menjatuhkan hukuman tembak kaki diperlukan untuk mengembalikan rasa tenang masyarakat yang terlanjur cemas dengan aksi-aksi sadis para penjahat.
Menurutnya, biasanya setelah ‘hukuman’ tembak kaki diberikan, aksi kejahatan sadis tiarap beberapa waktu. Komplotan yang tidak tertangkap memilih kabur jauh. (tim lipsus surya)