Laporan Wartawan Tribun Timur Fahrizal Syam
TRIBUNNEWS.COM, GOWA - Krisan atau yang dalam bahasa latin disebut Deandranthema Grandiflora saat ini tengah menjadi salah satu bunga yang paling dicari di pasar bunga internasional.
Bunga yang berasal dari kawasan Asia Timur yaitu sekitar Jepang, China dan Korea ini menjadi salah satu andalan perekonomian karena nilai ekonominya yang cukup tinggi sebagai "Cash Crop" atau bunga potong.
Popularitas bunga Krisan menggeser jenis bunga potong lainnya karena memiliki banyak keunggulan salah satunya waktu produksinya yang terbilang singkat.
Negeri Sakura Jepang menjadi salah satu negara yang paling banyak membutuhkan bunga khususnya jenis Krisan.
Dari informasi yang diperoleh, Jepang membutuhkan 600-700 juta tangkai bunga setiap tahun.Jumlah tersebut saat ini 50% dipasok dari Malaysia.
Bunga-bunga tersebut digunakan untuk keperluan sehari-hari pada berbagai event seperti perkawinan, ulang tahun, upacara adat maupun upacara keagamaan.
Melihat potensi tersebut, salah satu perusahaan bunga PT Bunga Indah Malino (BIM) yang terletak di Kampung Bulubalea, Desa Pattapang, Kecamatan Tinggi Moncong, Kabuputen Gowa mencoba melakukan budidaya Krisan.
Perusahaan milik Mufidah Jusuf Kalla, yang diresmikan oleh Ibu Iriana Jokowi pada tanggal 24 September 2014 silam ini kini telah mengembangkan budidaya Krisan untuk keperluan ekspor ke pasar bunga Jepang.
Kepala Produksi PT BIM, Abdul Kadir mengatakan telah melakukan kerjasama dengan salah satu perusahaan asal Osaka Jepang, D-Market untuk menyuplai kebutuhan bunga di Jepang.
"Perkebunan bunga BIM dulunya membudidayakan banyak jenis bunga, namun setelah adanya kesepakatan dengan salah satu perusahaan Jepang, kini kami hanya memproduksi bunga jenis Krisan saja, sesuai permintaan mereka," kata Kadir.
Kadir mengungkapkan, perusahaan Jepang meminta kepada PT BIM untuk mampu menyuplai 300 ribu tangkai bunga Krisan setiap minggu untuk dibawa ke Jepang.
"Kebutuhan mereka 300 ribu tangkai Krisan setiap minggunya, tapi untuk awal ini kami baru mampu memenuhi enam ribu tangkai saja setiap pekannya," ungkapnya.
Lanjut Kadir, saat ini PT BIM belum mampu memenuhi target tersebut lantaran sarana dan lahan 2,5 hektar yang dimiliki belum mampu untuk membudidayakan hingga 300 ribu tangkai per minggu.
"Tempat pembibitan dan penanaman masih belum bisa menampung sebanyak itu, jadi kita mulai sedikit demi sedikit," pungkasnya.
Untuk itu Kadir dan pihaknya mengaku akan segera melakukan pengembangan area pembudidayaan Krisan demi memenuhi target pasar internasional. (*)