Dia menjelaskan, saat diselamatkan aparat Malaysia di Perairan Malaysia, TB Henry langsung ditarik ke Sempoerna.
Lambas langsung dilarikan ke rumah sakit Tawau sementara satu di antaranya tinggal di Semporna untuk dimintai keterangan oleh Polisi.
Empat awak kapal berikut kapal yang mereka tumpangi ditarik ke Lahad Datu.
"Di Semporna oleh pihak kepolisian setempat dikembangkan. Karena Sempoerna dekat sekali dengan Filipina," ujarnya.
Pihak Konsul Republik Indonesia Tawau sehari setelah kejadian menuju ke Sempoerna untuk bertemu dengan awak kapal yang selamat.
Saat itu juga, pihaknya ingin meminta agar satu awak kapal ditarik ke Tawau, untuk menjaga rekannya yang telah dirawat di Hospital Tawau, sejak Jumat malam.
Hanya saja, sesampai di Sampoerna, empat awak kapal telah berlayar menuju ke Lahad Datu.
"Tetapi pelayaran antara Sampoerna ke Lahad Datu itu lambat sekali. Mereka baru datang kira-kira jam dua atau jam tiga Sabtu dan mulai Jumat dia berangkat," katanya.
Di Lahad Datu, Abdul Fatah bertemu para pejabat kepolisian Sabah dan Lahad Datu termasuk para pejabat The Eastern Sabah Security Command (ESSCOM).
Bertemu di Kantor Polisi Lahad Datu, Abdul Fatah menyampaikan permintaan Pemerintah Republik Indonesia untuk segera memulangkan korban selamat berikut kapal yang digunakan.
"Dari situlah pihak aparat keamanan Malaysia menyatakan tidak keberatan masalah hal ini. Namun demikian kita diminta menunggu, karena mereka harus bermusyawarah," ujarnya.
Sehari kemudian LO Polisi Konsulat Republik Indonesia Tawau kembali bertemu dengan pejabat kepolisian Lahad Datu untuk menyampaikan kembali keinginan memulangkan para awak kapal.
"Di situ dijelaskan, no problem. Hari ini juga kalau personel ABK sudah siap bisa. Karena kita sudah kehilangan empat orang, ini semua unsur pimpinan di kapal. Mualim, nakhoda, mualim kedua kemudian kelasi. Dia mengharapkan satu nakhoda, satu mualim sudah cukup," ujarnya.