Laporan Wartawan Tribun Jateng, Galih Permadi
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi mengapresiasi warga RW VII Kelurahan Mijen yang membudidayakan tanaman anggrek sebagai ikon kampung.
Lokasinya berada di dataran tinggi dan berhawa dingin membuat Kelurahan Mijen cocok untuk budidaya anggrek sehingga dapat cepat tumbuh subur tanpa perawatan panjang.
Di sini Anda akan disuguhi ratusan deret tanaman anggrek dari yang langka hingga lagi tren di kalangan penyuka anggrek.
Semuanya terpajang rapi di dalam pot di setiap sudut lahan-lahan kosong maupun pekarangan rumah tangga. Tak terkecuali dengan anggrek yang ditanam dengan media rumah kaca.
"Dulunya kampung ini sangat gersang karena belum ditanami tanaman dan pepohonan. Namun setelah saya lihat, saya terkesima kampung ini berubah menjadi warna-warni Karena anggrek," kata Hendi, sapaan akrab Hendrar Prihadi, saat meresmikan Kampung Tematik Anggrek dan membuka Festival Anggrek di Balai Warga RW VII Kelurahan Mijen, Minggu (19/2/2017).
Bila inovasi dikerjakan melalui partisipasi warga akan menumbuhkan hobi. Lama kelamaan bisa mengembangkan anggrek sebagai lahan bisnis untuk meningkatkan taraf ekonomi keluarga.
"Hobi budidaya anggrek bisa menjadikan potensi ikon kampung dan potensi eknomi," Hendi lalu berharap kampung anggrek bisa menjadi potensi wisata Kota Semarang.
Pemkot Semarang siap membantu mengembangkan potensi yang ada di setiap kelurahan dengan menggelontorkan dana sebesar Rp 200 juta di setiap kelurahan untuk kampung tematik.
"Kami targetkan ada 80 titik kampung tematik dengan partisipasi warga," ujar dia.
Lurah Mijen, Bambang Sugiarso, mengatakan muasal kampung anggrek dari seorang warga Mijen yang bernama almarhum Daliman yang menggemari angggrek.
Ia rutin mengikuti pelatihan pembibitan anggrek. Setelah itu ia menerapkan ilmu pembibitan kepada warga setempat, dan didukung bantuan dari pusat berupa green house.
"Potensi inilah yang akhirnya diwujudkan untuk kampung tematik," Bambang menjelaskan.
Guna mendukung kampung tematik anggrek, Bambang dan rekannya mengajak warga yang memiliki lahan di pekarangan rumah agar menanam minimal lima tanaman anggrek.
"Sehingga bila berhasil sebanyak 500 tanaman anggrek yang menghiasi kampung. Selain anggrek, ada UMKM yang digeluti warga Keluarahan Mijen yakni snack stick, rajut tas, kebun binatang mini dan tahu tempe," ujar dia.
Sementara Festival Anggrek merupakan kerja sama dengan mahasiswa peserta Kuliah Kerja Nyata Universitas 17 Agustus.
Setiap RT di wilayah RW VII diwajibkan menghadirkan 13 tanaman anggrek. Dari 12 RT terdapat 156 anggrek yang dilombakan. RT 3 sebagai pemenang dengan raihan poin 235, disusul RT 2 dengan 225 poin sedangkan dan RT 7 dengan 212 poin.