Laporan Wartawan Tribun Jateng, Khoirul Muzakki
TRIBUNNEWS.COM, CILACAP- Hati siapa yang tidak tergoda, saat menemukan tas berisi uang ratusan juta rupiah di depan mata.
Tapi Supriyanto, seorang porter atau pramuantar di Stasiun Kroya Cilacap teguh hati untuk tidak berusaha memilikinya.
Bahkan setelah tas berisi uang ratusan juta itu di tangannya, dia berusaha menyerahkan kepada pemiliknya. Kejujurannya patut diacungi jempol.
Meski hanya seorang buruh dengan penghasilan pas-pasan, ia tidak buta mata hatinya melihat uang ratusan juta rupiah di tangannya.
Kamis (18/5) kemarin, Supriyanto selesai menaikkan barang bawaan penumpang kereta api Agro Wilis jurusan Bandung, di Stasiun Kroya Cilacap, Jawa Tengah, Kamis (18/5).
Ia bersama puluhan porter lain biasa menawarkan jasa angkut barang kepada penumpang kereta di stasiun.
Seluruh barang telah naik. Semua penumpang sudah mengambil tempat duduk. Kereta api pun berangkat.
Supriyanto mencari tempat rehat di bangku kafe stasiun, sambil menunggu kereta berikutnya datang.
Tak diduga, di dekatnya duduk, ada sebuah tas bewarna putih tergeletak di bangku kafe. Pengunjung kafe di bangku itu telah pergi. Hanya ada bekas minuman kopi di meja.
Supriyanto terdiam sesaat dan terus memandang tas itu. Ia tidak tergoda untuk menyembunyikan tas tersebut, meski kesempatan itu ada. Dan dia sebenarnya sedang butuh uang.
Supriyanto segera menanyakan kepada pengelola kafe, siapa pemilik tas itu.
"Pengelola kafe juga tidak tahu itu milik siapa. Tapi dia bilang, penghuni bangku itu sebelumnya dua orang, pria dan wanita," katanya, Jumat (19/5).
Supriyanto memilih mengamankan barang itu agar dapat kembali ke pemiliknya dengan utuh.
Ia bahkan tak berani membuka tas itu untuk sekadar mengetahui isinya.
Ia memilih melaporkannya ke aparat keamanan dan Kepala Stasiun Besar Kroya terkait temuannya.
Otoritas stasiun lantas memeriksa isi tas tersebut.
Petugas terkejut. Isi tas adalah barang berharga berupa paspor, buku rekening, uang 25 ribu dolar Singapura, atau setara sekitar Rp 240 juta, serta uang rupiah tunai senilai Rp 14,7 juta.
"Saya ikhlas mengembalikan tas itu ke pemiliknya. Karena itu bukan hak saya," katanya
Ketulusan Supriyanto terlihat dari sikap dia pasca menemukan barang itu.
Ia memasrahkan barang itu kepada otoritas stasiun tanpa berharap dapat bertemu dengan pemiliknya.
Usai menyerahkan barang itu ke petugas stasiun, Supriyanto kembali bekerja normal, menunggu penumpang kereta yang bersedia memakai tenaganya.
Supriyanto juga tak menunggu sampai pemilik barang itu kembali ke stasiun dan menghampirinya.
Ia tak berharap imbalan dari sang pemilik. (tribunjateng/khoirul muzaki)