Laporan Wartawan Tribun Medan, Array A Argus
TRIBUNNEWS.COM, MEDAN - Ustaz Khairul Ghazali, mantan teroris yang pernah ditangkap Detasemen Khusus 88 Anti Teror Mabes Polri menyebut masih banyak anak-anak muda di Sumatera Utara, khususnya Medan, antre untuk aksi teror.
Hal ini disampaikan Ghazali berdasarkan pengalaman dirinya selama menjadi teroris.
"Jaringan ISIS di Indonesia ini sudah hadir sejak 2014. Mereka merekrut ikhwan-ikhwan muda untuk melakukan aksi jihad dengan doktrin akan masuk surga," kata Ghazali berbincang terkait serangan teror di Polda Sumut yang menewaskan anggota Polri, Kamis (29/6/2017).
Pengasuh Pesantren Al Hidayah ini mengatakan, konsep yang ditanamkan dalam diri 'pengantin' bom adalah iming-iming masuk surga.
Dalam doktrin teroris, bagi siapa saja yang berjihad melakukan penyerangan akan bertemu dengan 72 bidadari yang ada di surga.
"Konsep inilah yang ditanamkan para perekrut kepada calon teroris. Kemudian, dalam doktrinnya, perekrut mengajarkan bahwa bagi siapa saja yang mati dalam keadaan berjihad, dosanya akan diampuni dan kembali bersih seperti bayi yang baru lahir," ungkap Ghazali.
Dalam perbincangan santai itu, Ghazali yang mengenakan gamis dan peci putih mengatakan, pola penyerangan teroris di Medan tidak ada yang berubah.
Meski penyerangan Polda Sumut kemarin hanya menggunakan pisau, kata Ghazali, bagi teroris itu suatu keberhasilan.
"Dalam konsep jihad, berjuang itu menjadi suatu keharusan. Meski dengan pisau, mereka akan tetap melakukan penyerangan," kata Ghazali.
Ia mengatakan, terduga teroris yang masih hidup yakni Syawaluddin Pakpahan diketahui memang pernah berangkat ke Suriah pada 2013 silam.
Setelah kembali dari negara yang kini diduduki ISIS tersebut, keyakinan Syawaluddin untuk melakukan aksi teror sudah mantap.
"Kembali dari sana, persiapannya sudah mantap. Sehingga, ketika pada momen-momen tertentu, mereka akan beraksi seperti lebaran kemarin," ungkap Ghazali.