Agil menuturkan, ide kampung pelangi ini berasal dari Kampung Warna-warni di Malang.
Ide tersebut kemudian dituangkan di Desa Mulyosari. Warga pun patungan untuk membeli cat.
Ada 32 RT di tiga Dusun yang dilibatkan untuk mengecat lingkungannya.
Masing-masing dibebaskan untuk memberikan pola sesuai dengan selera seninya.
Ada yang dibuat mirip pelangi, pola kotak-kotak, hingga polkadot.
"Agar semua bersemangat, akhirnya kami lombakan saja. Sekaligus untuk memeriahkan peringatan 17 Agustus," tambah Agil.
Nantinya penilaian dilakukan tim independen dari Koramil, Polres, Puskesmas dan mahasiswa KKN.
RT yang menjadi pemenang akan mendapatkan tropi dan sumbangan uang kas untuk lingkungan.
Untuk satu RT, rata-rata menghabiskan satu set cat yang terdiri dari lima warna.
"Cat yang paling bagus satu kaleng bisa babar (berkembang) jadi banyak. Paling satu set cat itu habisnya sekitar Rp 750.000 sampai satu juta," ungkap Agil.
Bukan hanya mengecat kampung jadi warna-warna, kaum perempuan juga membuat lampion untuk hiasan lampu jalan.
Ada pula yang membuat payung warna-warni untuk hiasan di atas jalan.
Rencananya kampung pelangi ini akan dipermanenkan menjadi destinasi wisata baru.
Pemerintah desa ancang-ancang membuat agenda pertunjukan seni tradisional setiap minggu.
Selain itu ada produk makanan tradisional buatan warga yang akan ditawarkan kepada pengunjung.
"Masih kami pikirkan konsepnya seperti apa. Rencananya ada destinasi baru yang mengundang pengunjung, sehingga warga sekitar bisa diuntungkan," kata Agil.