"Kita lihat ada semacam guratan-guratan berwarna abu dari puncak sampai ke bawah, itulah material abu yang terbawa oleh hujan. Kalau sebelumnya kan tidak ada. Sementara pemantauan dari tim kami di lapangan, abu melanda wilayah puncak. Jatuhan abu ini sudah melanda wilayah puncak," terangnya.
Ia menambahkan, material abu yang jatuh itu memang berdampak merusak tanaman, bahkan bisa menghanguskan jika jatuh dalam jarak yang relatif lebih dekat ke kawah.
"Jadi dampak langsung dari abu ini berupa rusaknya lahan. Kalau misalnya material terkumpul dalam satu aliran sungai, dan ia terbawa oleh hujan, sehingga menjadi lahar hujan. Kalau misalnya terbawa jauh, itu bisa menganggu manusia. Sehingga masyarakat harus mempersiapkan diri dengan masker dan alat penutup mata. Karena partikel abu vulkanik bersifat korosif dan juga iritasi untuk mata, kulit dan juga sistem pernafasan," imbaunya.
Devy melihat, jangka pendek abu menjadi bencana. Artinya tanaman rusak, dan lahan tidak bisa lagi digunakan. Tapi kalau melihat jangka panjang, ini adalah satu investasi karena tanah menjadi subur dan masyarakat akan mendapat manfaatnya.
"Artinya kalau proses erupsi ini sudah selesai, tidak ada lagi hujan abu. Abu akan terbawa oleh hujan, terserap tanah. Abu ini adalah mineral yang datang dari perut bumi. Mineral yang datang dari perut bumi ini mengandung zat-zat yang dibutuhkan untuk menentukan vertilitas dari tanah. Ke depannya ini akan menjadi tanah yang subur," jelas Devy.(can)