News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Manfaatkan Keramba Ikan Kerapu, Nelayan Pulau Bungin Bangun Restoran Apung

Editor: Eko Sutriyanto
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Tidak hanya sekedar budidaya ikan kerapu saja, nelayan pulau Bungin menjadikan lokasi area budidaya menjadi destinasi wisata dengan memanfaatkan keramba yang ada

TRIBUNNEWS.COM, SUMBAWA  -  Pulau Bungin, Desa Bungin, Kecamatan Alas, Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat, terkenal dengan sebutan ‘Pulau Terpadat di Dunia.’

Dengan luasan lahan hanya lebih kurang 8 hektar, pulau Bungin dihuni lebih 4.000 penduduk. S

aking padatnya, nyaris tidak ada tanaman yang terlihat tumbuh di pulau kecil ini, semua ruang pulau telah dipenuhi perumahan penduduk yang padat dan mayoritas penduduknya adalah para nelayan Suku Bajo.

Untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi penduduk super padat ini, sejak 2015, Direktorat Pengembangan Daerah Pulau Kecil dan Terluar, Direktorat Jenderal Pengembangan Daerah Tertentu, Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemendes PDTT), mengembangkan program budidaya Ikan Kerapu dengan sistem keramba apung.

 Setelah 2 tahun berjalan, program ini berhasil mengembangkan budidaya ikan kerapu bahkan bisa mengembangkannya menjadi bisnis yang sangat menguntungkan.

Baca: BREAKING NEWS: Pipa Berisi Material Bom Ditemukan di Kantor Bupati Sumbawa

"Kini pulau Bungin menjadi terkenal sebagai destinasi wisata kuliner ikan kerapu di Sumbawa Besar,” ujar Direktur Pengembangan Daerah Pulau Terpencil dan Terluar, Hasrul Edyar, di sela-sela panen raya ikan kerapu dan pemberian bantuan Landasan Apung, di Pulau Bungin, Minggu (21/1/2018).

Nelayan Pulau Bungin memanfaatkan karamba-karamba apung itu dan dibangun restoran-restoran apung yang menyediakan kuliner seafood, wisata memancing, dan snorkeling melihat terumbu karang sekitar lokasi.

“Selama tahun 2017 wisatawan yang datang sekitar 13.700 orang. Beberapa wisatawan asing yang hendak pergi ke Pulau Moyo sering mampir disini dulu,” ujar Tison, Ketua Kelompok Pembudiaya Ikan Kerapu Pulau Bungin.

Pulau Moyo adalah destinasi wisata paling populer di Kabupaten Sumbawa.

Baca: Perlu Strategi Tingkatkan Kesejahteraan Nelayan Indonesia

Sukses mengelola bantuan peningkatan kesejahteraan masyarakat pulau kecil ini, membuat Direktorat Pengembangan Daerah Pulau Kecil dan Terluar, Kemendes PDTT, kembali menyalurkan fasilitasi bantuan tahap II untuk tahun anggaran 2017.

Pemberian bantuan tahap II ini berupa rumpon apung 2 unit, landasan apung (rumah apung) 1 unit, alat pembersih keramba (sprayer) 3 unit, freezer (kulkas pendingin ikan) 3 unit, jaring karamba besar 12 buah, dan jaring karamba kecil 12 unit.

"Semuanya senilai sekira Rp 1,9 miliar dan bantuan tahap 2 ini, diharapkan nelayan semakin semangat mengembangkan budidaya ikan kerapu serta memfasilitasi lokasi ini menjadi destinasi wisata yang layak,” kata Hasrul, Minggu (21/1/2018).

Bantuan ini diharapkan bisa memicu program-program percontohan budidaya ikan khususnya kerapu di wilayah-wilayah lain.

"Utamanya untuk mendukung 4 program prioritas Kemendes PDTT dari segi pengembangan Pengembangan Produk Unggulan Perdesaan (Prukades) dan pemanfaatan Bumdes dalam pengelolaan serta peningkatan ekonomi warga desa” ujar Johozua M Yoltuwu, Direktur Jendral Pengembangan Daerah Tertentu, Kemendesa PDTT dihubungi secara terpisah.

Selain di Pulau Bungin, Sumbawa, program penyaluran bantuan budidaya ikan kerapu juga dilakukan oleh Kemendesa PDTT di Pulau Sabu, Maluku Utara; Pulau Raijua, Maluku Utara; Pulau Muna, Sulawesi Tenggara, Pulau Rote Kabupaten Rotedao, Ketapang, Kalimantan Barat, Morowali, Sulawesi Tenggara, dan Buton, Sulawesi Tenggara.

Di Kabupaten Sumbawa, terdapat 3 lokasi percontohan program budidaya Ikan Kerapu yang dikembangkan oleh Kemendes PDTT, yakni di Desa Bungin, Kecamatan Alas; Desa Labuhan Bajo, Kecamatan Alas; dan Desa Labuhan Jambu, Kecamatan Torano.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini