Ia pun merasa kecewa karena GKPI Tanah Lapang Pangururan dicatut mendapat bansos, padahal gereja tidak pernah menerima satu rupiah pun.. "Ini uang yang seharusnya bisa kami pergunakan untuk membangun gereja yang tanggung dibangun itu. Tapi malah kami tidak tahu kami dapat bantuan begini, siapalah yang tega berbuat begini," sesalnya.
Seraya mengingat-ingat, Sinaga mengutarakan bahwa mereka pernah meminta bantuan dari seorang mantan Camat Pangururan bernama Unggul untuk membantu menyampaikan proposal yang mereka ajukan ke Provinsi Sumatera Utara, namun belakangan mereka tidak pernah mendapat kabar apapun lagi.
Kejadian serupa juga terjadi di Gereja Pentakosta di Indonesia, Jemaat Kemenangan, yang beralamat di Jalan Lapangan Tembak RT 002 RW 002 Kelurahan Setia Negara, Kecamatan Siantar Sitalasari, Kota Pematangsiantar.
Saat Harian Tribun Medan berkunjung ke GPdI, pada Jumat (5/1/2018), tampak bagian luar gereja cantik, dan sudah dicat. Pagar-pagar gereja pun turut dicat senada dengan warna gereja. Namun bagian dalam gereja masih belum rampung dikerjakan.
Meski pembangunan sudah berjalan, ternyata biaya pembangunan ini bukanlah berasal dari Bansos Pemerintah Provinsi Sumut, melainkan dana yang dipinjam gereja. Pembangunan ini pun saat ini masih membutuhkan dana untuk merampungkan pembangunan dan membayar utang gereja yang dipinjam tersebut.
"Kemarin saat mengajukan proposal untuk mendapat dana bansos, kami belum melakukan pembangunan. Namun karena kami tunggu-tunggu tetap dananya tidak cair, kami pun meminjam uang untuk membangunya, karena kami mau merayakan Natal dan Tahun Baru dengan nyaman," ujar Pendeta GpdI Jemaat Kemenangan Pematangsiantar, Kartono Pasaribu di rumahnya.
Kartono Pasaribu mengutarakan pegawai yang mengurusi dana bansos tersebut sudah pernah datang mengunjungi mereka memfoto gereja tersebut, kemudian menunjukkan proposal yang dia ajukan dengan berbagai coretan, kemudian pegawai yang memperkenalkan dirinya boru harahap tersbut pun meminta rekening Bank Sumut, sebagai rekening penerima dana bansos tersebut.
"Saya sudah yakin dananya akan dicairkan, karena kemarin saat mereka datang, mereka melakukan pemeriksaan ke gereja kami ini. Buku rekening kami pun diminta. Cuma kami tunggu-tunggu tidak kunjung turun dana bansosnya hingga sekarang," ujarnya.
Kemudian dia dan teman-temannya yang juga mengajukan dana bansos untuk pembangunan gereja diminta melengkapi berbagai berkas lainnya, kemudian mereka mengutus satu orang mengantar berkas tersebut ke Medan beberapa hari kemudian setelah pegawai Pemprov Sumut datang.
"Ada lima gereja kemarin itu yang mengajukan dana bansos untuk pembangunan gereja. Kami berlima tidak tahu apakah kami dapat atau tidak sebenarnya. Baru tahu pasti dari adek ini, kalau kami dapat. Siapalah kira-kira yang menyelewengkan dana itu yah," ujarnya.
Ia pun berharap siapapun yang menyelewengkan dana tersebut, supaya mengembalikannya, karena uang tersebut adalah dana untuk untuk pembangunan gereja, yang dipergunakan umat untuk memulikan tuhan saat beribadah.