Bertambah tahun, dampak pergerakan tanah semakin parah dan meluas. Pepohonan pinus di lahan milik Perhutani di bawah jalan raya provinsi satu persatu bertumbangan karena tanah ambles.
Lahan Perhutani yang dulu tingginya seimbang dengan badan jalan raya, kini telah ambles sedalam puluhan meter hingga membentuk jurang.
Longsor juga memakan jalan raya hingga rusak dan berulangkali dilakukan perbaikan oleh pemerintah.
Jika sudah tidak memungkinkan diperbaiki, jalan lama akan ditutup lalu pemerintah membuat jalan baru di sisinya yang dirasa lebih aman.
Hingga kini, kata Nislam, sedikitnya sudah dua jalan baru yang dibuat pemerintah di titik itu karena jalan lama ambles. Bekas tiga badan jalan yang bersandingan itu pun sampai sekarang masih ada.
Kini, jalan ketiga yang dibuat pemerintah di titik tersebut pun sudah lenyap tergilas longsor. Padahal, kata Nislam, jalan baru itu baru diresmikan minggu ketiga Januari 2018 lalu.
Nyatanya, jalan dengan konstruksi beton yang kokoh itu tak mampu menahan ganasnya longsor, luluhlantak.
"Warga juga bingung ini, setiap dibuat jalan baru hilang kena longsor, dibuat lagi hilang lagi,"katanya
Pemerintah sampai sekarang belum menentukan rencana pembangunan jalan yang hancur tersebut. Pembuatan jalan baru dinilai akan sulit dilakukan.
Pasalnya, sekarang nyaris tidak ada tanah di sekitar titik jalan itu yang aman dari pergerakan.
"Atas jalan terjadi pergerakan, juga di jalannya dan di bawahnya juga terjadi pergerakan,"katanya. (*)