Laporan Wartawan Tribun Kaltim, Christoper D
TRIBUNNEWS.COM, SAMARINDA - Seorang santri bernama M Rifqi Pratama (13), kelas VIII SMP, asal Sangatta, Kutai Timur (Kutim) meregang nyawa, Senin (2/4/2018) subuh setelah sempat menjalani perawatan di RSUD AW Syahranie, sejak Rabu (28/3/2018) silam.
Korban tak terselamatkan setelah mengaku kesakitan di sekujur tubuhnya, terutama pada bagian dadanya, karena diduga dikeroyok oleh teman-teman satu pesantrennya.
Santi (37), ibu korban menuturkan, awalnya dia mendapatkan kabar bahwa anaknya itu masuk rumah sakit, disebabkan karena bisul yang terdapat di hidung.
Namun, setelah dia datang dan melihat langsung, wajah anak bungsu dari tiga bersaudara itu, tampak membengkak.
Baca: Oknum Polisi Merampok Bersama Dua Temannya Lalu Foya-foya di Tempat Hiburan Malam
"Kata pembimbingnya, masuk rumah sakit karena bisul di hidung. Tapi, saat saya lihat langsung, wajahnya lebam-lebam, matanya bengkak," ucapnya saat ditemui di ruang jenazah RSUD AW Syahranie, Senin (2/4/2018).
Bahkan, saat menjalani perawatan, anaknya tersebut sempat dua hari tidak sadarkan diri, baru Jumat (30/32018) silam sadar.
Setiap kali ditanya perawat asal sekolahannya, korban selalu menolak menjawab pertanyaan tersebut.
"Ditanya namanya sama perawat mau jawab, tanya kelasnya juga mau jawab, tapi saat ditanya sekolah dimana, dia langsung diam," tuturnya.
"Lalu, saya dapat informasi, kalau dia ini ternyata dipukuli sama teman-teman sekolahnya," tambahnya.
Mendapatkan informasi tentang anaknya jadi korban pemukulan, dia pun bertanya langsung kepada anaknya itu.
Baca: Cantiknya Istri Kepala Desa di Lhokseumawe Jadi Viral, Tamat Riwayat Anak Muda
Anaknya menjelaskan, dia dipukuli oleh teman-temannya, yang jumlah sekitar lima orang.
Tak hanya sekali pemukulan saja, namun berulang kali yang menyebabkan dirinya harus menjalani perawatan.
"Dia sempat sebutkan nama teman-temannya yang mukulin dia, ditempeleng di wajah, dipukul di dada, pakai tangan kosong," ucap Santi.
Mengetahui hal itu, pihak keluarga langsung melaporkan kejadian itu ke Polresta Samarinda, pada Jumat (30/3/2018) silam.
Saat ini jasad korban masih menjalani autopsi di rumah sakit guna mengetahui penyebab tewasnya korban.
"Saya hanya ingin pelakunya ditangkap, saya tidak ada niat untuk menjelek- jelekkan pondok pesantrenya, tapi saya hanya ingin pelaku diketahui dan diproses, jangan sampai ada korban lainnya, cukup anak saya jadi korban," kata dia.