"Nah, jadi, beasiswa unggulan ini membantu lulusan S1 kalau mau S2 di Unpar lagi. Manfaatnya, yang dapat beasiswa, beban biaya SKS-nya dikurangi. SKS S2 itu kan bayarnya Rp 1 juta. Berkat beasiswa ini bayarnya cuma Rp 270 ribu saja. Selain itu, berkat beasiswa ini, jadi cuman bayar biaya pembangunan di awal saja," kata perempuan berambut panjang ini.
Shelvi pun berhasil mengikuti program kaderisasi dan program beasiswa unggulan.
Baca: Ombudsman RI Selesaikan Masalah Mahasiswi IPB Terkait Beasiswa yang Dicabut Pemkab Simalungun
Selain karena IPK-nya tergolong tinggi saat lulus S1, yaitu 3,86, dia juga berhasil lulus di beberapa tahapan seleksi.
"Masukin kaderisasi dan beasiswa unggulan itu apply-nya tahun 2016 akhir. Saya diseleksi sekitar enam bulan. Mulai dari wawancara prodi, fakultas, sampai yayasan," ujar perempuan berkulit cerah ini.
Shelvi mengaku, tak ada jeda waktu libur saat dia lulus S1 lalu masuk ke S2.
Dia wisuda S1 pada Oktober 2016 dan diterima S2 pada Agustus 2016.
"Di awal 2017, malah saya harus kuliah S2 sembari ngajar mahasiswa S1. Jadi harus memposisikan sebagai mahasiswa saat sore hari, pagi hari sebagai dosen, dan siang hari rapat," ujarnya.
Singkat cerita, saat ini, Shelvi sudah lulus S2 pada awal tahun 2018.
Dia pun mengaku sedang berupaya lulus tes potensial akademik (TPA) agar bisa menjadi dosen tetap di Unpar.