Saat itu, Jumaidil sendiri dalam hutan Papua dengan bangkai pesawat rusak bersama sembilan jenazah, termaksud juga pilot pesawat dan tumpukan beras.
Walau ditengah-tengah suasana seperti itu, Jumaidil yang dilenal pendiam dan pemalu ini terus bergerak mencari air dan makanan untuk sekedar alas perut.
"Saya haus sekali waktu itu, tapi saya dapat air botol besar. Waktu itu juga kan bapak beli saya apel jadi saya makan itu saja baru saya tidur," jelas Jumaidil.
Waktu peristiwa, Jumaidil tidak punya luka luar seperti lecet hingga berdarah. Hanya saja tangan kanannya mengalami keretakan dan luka dalam di perutnya.
"Saya tidak berdarah itu waktu, hanya tulang tangan saya retak dan perut saya terasa sakit karena mungkin saat jatuh terbentur di batu atau pohon," ujarnya.
Jumaidil sempat bermalam di hutan, Pegunung Menuk, di Distrik Serambako Papua. Nanti, sekitar pukul 06.30 Wit pagi baru ada bantuan warga dan SAR.
Setelah itu, Jumaidil dirawat di Rumah Sakit (RS) Polri, Bhayangkara Jayapura selama kurang lebih dua minggu. Lalu silakukan rawat jalan.