Korban Tewas
- 821 orang di Palu
- 11 orang di Donggala
- Donggala dan Sigi belum ada laporan
Sumber: BNPB
Korban Tewas Jadi 832 Orang
Korban tewas akibat gempa dan tsunami di Palu dan Donggala bertambah jadi 832 orang.
Informasi terbaru tersebut disampaikan Kepala Pusat Data Informasi dan Humas di Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho Minggu (30/9/2018) siang.
"832 orang meninggal dunia terdiri di Kota Palu 821 orang dan Donggala 11 orang," kata Sutopo.
Korban tewas akibat tertimpa bangunan dan tersapu tsunami.
Sutopo mengatakan, jumlah korban kemungkinan masih akan terus bertambah karena pencarian dan evakuasi terus dilakukan.
Proses pencarian dan evakuasi korban hari ini fokus di Hotel Roa Roa yang runtuh, Ramayana, Pantai Talise, hingga perumahan Balaroa.
"Di Hotel Roa Roa diperkirakan ada 50-an orang korban," lanjutnya.
Sutopo mengatakan, operasi SAR tidak mudah karena terkendala listrik padam, minimnya fasilitas alat berat, hingga terputusnya akses menuju lokasi.
Gempa juga menyebabkan gelombang tsunami yang terjadi di Pantai Palu dengan ketinggian 0,5 sampai 1,5 meter, Pantai Donggala kurang dari 50 sentimeter, dan Pantai Mamuju dengan ketinggian 6 sentimeter.
Tsunami diperkirakan sampai ke daratan pada pukul 17.22 WIB atau 18.22 Wita.
Tidak hanya Hotel Roa Roa yang luluh lantak, sebuah pusat perbelanjaan juga rusak. Pusat perbelanjaan atau mal terbesar di Kota Palu, Mal Tatura di Jalan Emy Saelan, Palu, hancur dan nyaris ambruk.
Masih ada puluhan hingga seratusan orang yang terjebak di dalam pusat perbelanjaan empat lantai yang dibangun pada tahun 2006 itu.
"Menurut salah seorang pegawai mal yang ditemui, para korban yang terjebak di dalam mal yang ambruk sebagian itu belum dievakuasi," kata Kepala LKBN Antara Biro Sulawesi Tengah, Rolex Malaha.
"Informasi sementara, yaitu berbagai bangunan, mulai rumah, pusat perbelanjaan, hotel, rumah sakit, dan bangunan lainnya ambruk sebagian atau seluruhnya. Diperkirakan puluhan hingga ratusan orang belum dievakuasi dari reruntuhan bangunan," ujar Sutopo.
Di Rumah Sakit Budi Agung Palu di Jalan Maluku terdapat 14 jenazah yang dibawa dari Mal Tatura berada di rumah sakit itu.
Seratusan orang yang terluka seperti patah kaki dan luka-luka lainnya masih berada di halaman rumah sakit dan sebagian ruang pasien, tetapi saat itu tidak langsung ditangani secara medis karena belum ada dokter yang menangani.
BNPB melaporkan, di hotel yang memiliki 80 kamar itu, ada 76 kamar yang terisi oleh tamu hotel yang menginap.
Menurut sejumlah orang yang ditemui di hotel yang roboh itu, banyak korban yang berada dalam reruntuhan gedung hotel.
Rumah Sakit Anutapura di Jalan Kangkung, Kamonji, Kota Palu, yang berlantai empat pun roboh.
Bahaya Sesar Palu Koro
Rahmat Triyono, Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG mengatakan, gempa Donggala Sulteng bersumber dari sesar Palu Koro.
Disebabkan oleh sesar Palu Koro yang berada di sekitar Selat Makassar.
Sejarah mencatat, sebagian besar gempa di wilayah Sulteng disebabkan oleh sesar Palu Koro. Wilayah sekitar Palu juga pernah dilanda tsunami sebelumnya akibat sesar itu.
Gempa utama adalah yang bermagnitudo 7,4 (sebelumnya 7,7 dan telah direvisi), terjadi pada pukul 17.02 WIB. Tsunami diprediksi tiba 20 menit kemudian.
Untuk mekanisme gempa, sebab lebih spesifiknya adalah segmen Palopo. Di situ terjadi gerakan dengan mekanisme sesar mendatar.
Serial gempa yang terjadi kali ini mungkin memiliki mekanisme dan sumber yang lebih kompleks untuk diuraikan.
Banyak gempa di Sulawesi selama ini terjadi dengan mekanisme strike slip dan bersumber dari aktivitas sesar Palu-Koro.
Wilayah “leher angsa” Sulawesi memang dikenal memiliki sistem geologi yang komples.
Di sana, terdapat blok Toli-toli yang bergerak searah jarum jam, blok Sulawesi Barat yang bergerak berlawanan arah, dan tekanan dari Sulawesi Trench.
Gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa bumi dangkal akibat aktivitas sesar Palu Koro, yang dibangkitkan oleh deformasi dengan mekanisme pergerakan dari struktur sesar mendatar mengiri (slike-slip sinistral).
Sesar Palu Koro adalah patahan yang membelah Sulawesi menjadi dua, dimulai dari batas perairan Laut Sulawesi dengan Selat Makassar hingga ke Teluk Bone.
Sesar ini dikatakan sangat aktif hingga pergerakannya mencapai 35 sampai 44 milimeter per tahun.
Kota Palu berkembang di atas sesar Palu Koro.
Sesar Palu Koro merupakan patahan dengan pergerakan terbesar kedua di indonesia, setelah patahan Yapen, Kepulauan Yapen, Papua Barat, dengan pergerakan mencapai 46 milimeter per tahun.
Pada tahun 1927, kota Palu pernah mengalami gempa serupa yang menyebabkan 14 orang meninggal.
Kemudian pada tahun 1930, gempa menimbulkan tsunami dua meter dan tidak menyebabkan korban.
Kemudian 1996 di selat Makassar, gempa menimbulkan tsunami dengan tinggi 3,4 meter.
Lalu tahun tahun 2005 dan 2008 juga pernah terjadi. (Tribun/dtc/kps/art/tribun/kps)
Artikel ini telah tayang di Tribunmanado.co.id dengan judul Petra Sempat Telepon Istri usai Gempa Palu: Tiga Penerjun Asal Sulut Hilang