TRIBUNNEWS.COM, YOGYAKARTA - Dalam waktu enam jam, terhitung sejak pukul 00.00 hingga 06.00, Selasa (8/1/2019), terdeteksi ada 10 kali guguran dari puncak Merapi.
Data yang dirilis BPPTKG Yogyakarta, amplitude gempa guguran itu tercatat antara 1,5 hingga 7,5 milimeter dengan durasi antara 11,5 hingga 27,5 detik.
Aktivitas vulkanik lain adalah gempa embusan terjadi satu kali dengan amplitude 7,5 milimeter berdurasi 14,5 detik.
Sedangkan gempa low frekuensi tercatat 3 kali dengan amplitude 1,5 hingga 2 milimeter berdurasi 5,8 hingga 12,1 detik.
Secara umum pengamatan visual menunjukkan puncak sepanjang malam hingga pagi teramati berseling kabut.
Asap kawah teramati berwarna putih intensitas tebal dan tinggi 50 meter di atas puncak kawah.
Hasil analisis terakhir morfologi kubah lava Merapi, volumenya sudah mencapai lebih kurang 415.000 meter kubik.
Laju pertumbuhan 3.800 m3/hari. Fase erupsi berupa pertumbuhan kubah lava dan terpantau posisi kubah stabil.
Status Masih Waspada
Pengamatan Tribunjogja.com di lapangan pada pukul 07.45 WIB, lereng hingga puncak Merapi berselimut awan tebal.
Baca: Hasyim dan Dewi Ditemukan Tewas di dalam Kamar Hotel yang Terkunci, di Tubuhnya Ada Luka Tembak
Namun sekitar pukul 08.00, awan tebal yang menyelimuti gunung tersibak.
Puncak dan kawah terlihat sangat jelas dari Kali Talang, Balerante, Kemalang, Klaten.
Asap putih cukup tebal terlihat di kubah lava baru sisi tenggara. Kubah lava baru yang terbentuk sejak pertengahan Agustus 2018 itu telah menutupi kubah lava 2010.
Sepanjang puncak gunung terbebas dari awan dan kabut, tidak terlihat guguran atau gejala aktivitas vulkanik lain.
Warga Dusun Balerante tetap beraktivitas seperti biasa. Para pencari rumput tampak sudah mendaki perbukitan di lereng gunung.