Ia mengatakan, pekan lalu ia menguras sumur sedalam tiga meter tersebut, dengan tujuan untuk menghilangkan air berwarna hitam itu.
Sayangnya beberapa jam kemudian air hitam kembali muncul memenuhi sebagian sumur.
"Malah yang sekarang lebih parah dari Minggu kemarin, dari jarak 30 meter sudah kecium. Dicoba disaring tetap saja," katanya.
Warga lainnya, Ai Taryati (55), mengatakan bahwa akibat hal tersebut, sejak dua bulan terakhir ini ia terpaksa mengeluarkan kocek lebih dalam untuk membeli air galon isi ulang untuk berbagai kebutuhan, seharga Rp 5 ribu setiap galonnya.
"Untuk satu bulan, bisa sampai 30 galon. Itu buat mandi, cuci beras, dan masak," katanya.
Ketua RT 1/12, Alan Sukawa (54), mengatakan bahwa kondisi terparah memang terjadi di lingkungan RT tersebut.
Dilaporkan, semua air sumur di rumah berubah warna, sehingga banyak warga beralih menggunakan air galon atau membuat sumur bor.
"80 kepala keluarga kena dampaknya, terjadi mulai dari musim halodo (kemarau)," kata Alan.
Permasalahan pencemaran limbah dari Sungai Cikijing, kata Alan, memang telah terjadi mulai dari tahun 1995 dan hingga saat ini belum ada upaya pencegahan baik dari pemerintah setempat atau pun pihak berwenang.
Ia mengatakan, sebelum air sumur milik warga tercemar, air yang diduga mengandung limbah dari Sungai Cikijing hanya mencemari lahan persawahan milik warga serta parit-parit kecil.
"Memang, tahun-tahun sebelumnya limbah itu sangat parah, sampai mengeluarkan gas. Tetapi tidak mencemari sumur, sekarang berbeda," katanya.
Artikel ini telah tayang di tribunjabar.id dengan judul DLH Kabupaten Bandung akan Investigasi Penyebab Air Sumur Menghitam di Rancaekek