"Siswi SMP ada 12 yang hamil di satu sekolah. Itu ada di salah satu kabupaten di Lampung," terangnya.
Tak hanya terjadi pada siswi SMP saja, kejadian anak sekolah yang ditemukan hamil juga terjadi pada siswi SMA di Lampung.
Menurut pantauan PKBI, persoalan kehamilan di luar nikah pada kalangan pelajar ini terjadi merata di banyak sekolah.
Baik di sekolah di Kota Bandar Lampung maupun di daerah kabupaten.
"Hampir di setiap sekolah ada persoalan kehamilan di luar nikah tadi. Bahkan beberapa kasus terjadi di SMP," ujar Koordinator Pencegahan HIV PKBI Lampung, Rachmat Cahya Aji.
Dari penatauannya, ia pun menceritakan pernah ada temuan kasus serupa yang menimpa 10 siswi SMA.
Dalam satu tahun, ada sepuluh kasus kehamilan yang tak di inginkan terjadi di satu sekolah yang sama.
"Ada sekolah yang dalam lima tahun terakhir tidak ada kasus kehamilan yang tidak diinginkan. Kasus 10 siswi SMA hamil itu terjadi pada 2016, itu terjadi di satu SMA," ungkapnya.
Umumnya, para pelajar ini hamil dengan pacarnya, yang rata-rata juga masih sama-sama usia pelajar atau mahasiswa.
Kasus ini pun cukup membuat miris karena banyaknya temuan pelajar yang hamil di luar nikah.
Terlebih lagi bila para siswi tersebut adalah korban dari perbuatan orang dewasa.
Kasus kekerasan terhadap anak, termasuk hamil di usia anak ini dikatakan terus meningkat setiap tahunnya.
Menurut Aji, semua hal ini berkaitan erat dengan kurangnya pengawasan orangtua pada anak.
Kondisi rumah atau hubungan orangtua dan anak yang tak nyaman akan membuat anak mencari kenyamanan lain di luar rumah.
Pada akhirnya bisa membuat mereka terjerumus ke hal-hal negatif seperti seks bebas.
Hal ini sesungguhnya bisa dicegah dengan adanya edukasi dini pada para pelajar ini mengenai kesehatan reproduksi.
Hafsah menerangkan, bahwa pada dasarnya sekolah memegang peranan penting untuk melakukan edukasi tersebut kepada siswanya agar mencegah adanya pergaulan bebas.
Aji menambahkan, pengetahuan pelajar tentang kesehatan reproduksi memang masih minim. Hal ini dikarenakan pendidikan seks masih dianggap tabu.
"Sehingga banyak remaja tidak mengetahui akibat dari perilaku seks yang berisiko, yang mengakibatkan kehamilan yang tidak diinginkan," ujarnya.
Untuk itu, pihak PKBI pun telah menyelenggarakan adanya program konseling kesehatan reproduksi.
Program ini tidak hanya memberikan buku, tetapi juga mengajari guru cara mentransfer isi buku tersebut kepada siswanya.
Program ini pun telah dijalankan di beberapa sekolah di Bandar Lampungsejak Agustus lalu.(*)
TribunLampung/Kompas.com/TribunnewsBogor.com